Kamis 08 Apr 2021 18:45 WIB

Main Mata Iran dan China, Tameng Adang Amerika Serikat?

Republik Islam Iran menjalin hubungan erat dengan China

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Republik Islam Iran menjalin hubungan erat dengan China. Bendera Iran
Foto:

Fars News, kantor berita garis keras lainnya, juga mendukung kesepakatan itu, menyoroti bahwa China dengan demikian akan mengakui kekuatan Iran di Timur Tengah dan menolak tekanan Amerika Serikat.

IRNA, kantor berita yang disebut pemerintahan Rouhani moderat, menulis, "Tidak diragukan lagi, kehadiran China di Timur Tengah dan, akibatnya, peran aktifnya di Iran dapat menandai babak baru dalam kerja sama seimbang Iran mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, industri, komersial dan teknologi."

Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC), menuliskan pendapat dalam akun sosial medianya, "Penandatanganan Peta Jalan  Kemitraan Strategis Iran-China adalah bagian dari kebijakan perlawanan aktif. Dunia tidak hanya terdiri atas Barat, dan Barat juga tidak hanya terdiri atas Amerika yang melanggar aturan dan tiga negara Eropa yang melanggar janji."

"Perhatian Biden [mengenai kesepakatan Iran-China] sepenuhnya benar, kerja sama strategis dengan Timur mempercepat kemunduran Amerika Serikat,” katanya.

Sementara itu, Mohammad-Bagher Ghalibaf, juru bicara parlemen Iran yang didominasi garis keras, menulis di Twitter, “Penandatanganan dokumen strategis dengan China adalah faktor utama di balik menghasilkan kekuatan dalam kerangka pandang ke Asia. dan Eurasia dengan pendekatan kebijakan luar negeri yang seimbang dan didorong ekonomi."

Sementara itu, Hesamodin Ashna, penasihat Presiden Rouhani, melangkah lebih jauh dengan menggambarkan kesepakatan itu sebagai sinyal kegagalan kebijakan "tekanan maksimum" Amerika Serikat.

Mohammad-Hossein Malâ'ek, mantan duta besar Iran untuk China (Desember 1997–November 2001) di bawah Presiden reformis Mohammad Khatami, menolak setiap kritik terhadap kesepakatan seperempat abad tersebut, dan menyebutnya sebagai titik balik dalam kebijakan luar negeri Iran, yang akan membawa dampak signifikan pada struktur hubungan regional dan internasional.

“Singkatnya, berdasarkan narasi yang diberikan oleh para pejabat Republik Islam serta medianya, perjanjian dengan China tampaknya pasti akan memvaksinasi ekonomi Iran dari tekanan Barat yang tidak semestinya,” tulis Nejad dan Naeni.

Meski begitu, masa depan dari kesepakatan 25 tahun ini, dalam mengembangkan potensi penuhnya dan memuaskan keinginan Iran, masih belum dapat dipastikan. Terutama mengingat pengalaman masa lalu dan saat ini dalam hubungan China-Iran, ketika kedalaman dan ruang lingkup sering menjadi sasaran kebijakan Amerika Serikat.  

Dalam hal ini, Majid-Reza Hariri, Ketua Asosiasi Dagang dan Industri Gabungan Iran-China, menyoroti... 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement