REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menjaga lisan menjadi salah satu indikator selamatnya amalan ibadah seorang Muslim. Tak sedikit dalil-dalil agama Islam yang menekankan agar seorang Muslim menjaga lisannya.
Pakar ilmu Alquran KH Ahsin Sakho menjelaskan, seseorang bisa saja tergelincir ke neraka disebabkan oleh lisannya sebagaimana yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya. Adapun ucapan-ucapan dari lisan itu semisal perkataan dusta atau kesaksian palsu yang merugikan orang lain.
“Ucapan apa saja? Berbohong, bersaksi dengan kesaksian bohong, mencela orang lain, mengadu domba, memberikan kabar palsu (hoaks). Kalau hoaksnya membuat keributan yang besar, maka dosa sekali,” kata KH Ahsin Sakho dalam kajian live streaming, di Ahsin Sakho Center, Selasa (30/3) malam.
Adapun orang yang bisa menjaga lisannya, menahan emosinya untuk tidak tersulut dalam pergulatan kata-kata di sosial media sebelum mendapatkan kebenaran yang meyakinkan dari sebuah kabar, kata beliu, merupakan ciri dari Mukmin yang cerdas. Di dalam Alquran, KH Ahsin mengutip sebuah kata: “fatabayyanuu.” Yang artinya: “Carilah penjelasan.”
Maka demikian, seorang Muslim yang terlebih dahulu menahan dirinya untuk mencari penjelasan lalu barulah ia berkata, merupakan Muslim yang cerdas. Sebab, kata beliau, Islam mengajarkan bahwa setiap perkataan yang dilontarkan akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Dalam sebuah hadits dijelaskan:
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِي اللَّه عَنْهم قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ An Abi Musa Radhiyallahu an’hum, qala qala Rasulullah SAW; “Ayyul Islami afhdal? Qala: man salimal-Muslimuna min lisaanihi wa yadihi.”
Dari Abu Musa berkata, "Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? " Rasulullah menjawab, "Siapa yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya." (Shahih Bukhari).
Baca juga : Aa Gym Cabut Gugatan Cerai ke Teh Ninih