Kamis 11 Mar 2021 16:16 WIB

Isra Miraj dan Urgensi Sanad, Mata Rantai Keilmuan

Isra Miraj mengajarkan kepada umat Islam pentingnya sanad keilmuan

Isra Miraj mengajarkan kepada umat Islam pentingnya sanad keilmuan. Ilustrasi isra miraj
Foto:

Orang-orang yang demikian ini dijuluki dengan sebutan shahafiy atau para literalis, yang karena tidak mengambil ilmu dari para ulama, akhirnya rawan melenceng pemahamannya. 

Etika para ulama dalam mengambil ilmu agama kepada para guru mereka (ulama) itu sesuai dengan hadits Nabi SAW riwayat Abu Dawud, yang menyatakan bahwa: الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ “Para ulama adalah pewaris para Nabi.” Ini berarti bahwa ilmu agama harus diambil melalui para ulama, bukan sekedar diambil dari catatan teks.  

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi SAW menerangkan bahwa: وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ  “Allah mengambil ilmu dari manusia bersama meninggalnya ulama.”

Imam Bukhari juga meriwayatkan hadits Nabi SAW mengenai orang-orang yang tidak mau mengambil ilmu agama dari para ulama, sehingga ketika para ulama sudah meninggal, mereka mengangkat orang bodoh menjadi pemuka agama, selanjutnya si pemuka agama yang bodoh itu tersesat, dan menyesatkan orang lain. 

Atas dasar pentingnya sebuah sanad, bahkan para sahabat-pun selalu mengambil ilmu kepada ulama diantara mereka. Muhammad Siddiq Khan, dalam kitab Al-Aqlid, menuqil pernyataan dari kalangan as-salaf al-shalih, generasi salaf yang menyatakan bahwa:  

“Sesungguhnya orang-orang yang kurang pandai dari kalangan sahabat dan tabi'in, mereka tidak berani menafsirkan Alquran dan hadits tanpa merujuk dan berkonsultasi kepada para ahli ilmu di antara mereka. Ini adalah keterangan yang mutawatir dari mereka.” 

Sahabat Umar RA contohnya, meskipun beliau adalah salah satu ulamanya golongan sahabat, tapi beliau tidak segan untuk bertanya kepada seseorang yang lebih alim dalam hal-hal tertentu. Begitu juga generasi berikutnya, seperti Imam Syafii dan Imam Bukhari. 

Salah satu ulama kita, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari pernah berkata berkaitan dengan penting nya sebuah sanad. Beliau berkata: 

“Sesungguhnya umat Islam telah sepakat dan serujuk bahwasanya agar untuk dapat memahami, mengetahui dan mengamalkan syariat agama Islam dengan benar, harus mengikuti orang-orang yang terdahulu. Para tabiin di dalam menjalankan syariat mengikuti atau berpegang kepada amaliah para sahabat Rasulullah. Sebagaimana generasi setelah tabiin mengikuti para tabiin, maka setiap generasi selalu mengikuti generasi yang sebelumnya. Akal yang waras menunjukkan kebaikan sistem yang demikian ini. Karena syariat Islam tidak dapat diketahui kecuali dengan jalan memindahkan dari orang yang terdahulu dan diambil pelajaran, ketentuan atau patokan dari orang-orang yang terdahulu itu.” Wallahua'lam. 

 

*Pengasuh Pondok Pesantren Al Huda  Doglo Boyolali, Jawa Tengah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement