REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ulama terkemuka abad ke-11 Hijriyah, Abu Hamid Al-Gazali, yang tak lain adalah pengarang magnum opus Ihya Ulumiddin, memberikan nasihat tentang bagaimana tuan rumah menghormati tamunya.
Dia menjelaskan, tuan rumah boleh meminta usulan kepada para tamu apa yang ingin dimakannya. Pahala besar jika tuan rumah dapat menyediakan makanan sesuai yang disukainya.
"Bila melakukannya akan memperoleh pahala yang sangat besar," kata Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin. Dari Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
مَنْ لذَّذَ أخاهُ بِما يَشتهي كتبَ اللهُ لهُ ألفَ ألفَ حسنةٍ ومحا عنهُ ألفَ ألفَ سيئةٍ ورفعَ لهُ ألفَ ألفَ درجةٍ وأطعمَهُ مِنْ ثلاثِ جناتٍ جنةِ الفردوسِ وجنةِ عدنٍ وجنةِ الخلدِ
"Barangsiapa memberi makanan lezat kepada saudaranya sesuai dengan seleranya maka Allah SWT akan menuliskan baginya ribuan kebaikan, dan menghapus darinya ribuan keburukan serta mengangkat beribu-ribu derajat untuknya dan Allah akan memberinya makanan dari tiga surga, yaitu surga firdaus surga Adn dan surga khulud."
Menurut Imam Ghazali tidak sepantasnya seseorang berkata kepada temannya atau tamunya, maukah engkau aku suguhi makanan? Akan tetapi hendaknya dia langsung menyuguhkan makanan kepadanya. "Jika dia suka pasti akan memakannya dan jika tidak suka dia boleh mengangkatnya begitulah pendapat Imam ats-Tsauri," katanya.
Menurut Imam Ghazali termasuk adab dan etika makanan adalah tidak mengusulkan menu makanan tertentu kepada temannya, yang barangkali akan memberatkannya. Kecuali apa bila dia percaya kalau temannya sanggup.
"Dan jika sudah mengusulkan salah satu dari dua jenis menu makanan, maka memilih makanan yang paling mudah," kata Imam Ghazali.