REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sayyidina Hasan merupakan putra tertua dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW. Adik lelakinya bernama Husain. Kedua cucu Rasulullah SAW ini sering kali disebut dalam berbagai kisah keteladanan Islam.
Salah satu hikayat tentangnya adalah sebagai berikut. Pada suatu hari, Hasan bin Ali melintasi sebuah kawasan padang pasir. Tak begitu jauh dari oasis, ia berpapasan dengan sekelompok orang berpakaian kumal yang sedang duduk melingkar. Seorang kawan memberitahukan kepadanya, mereka adalah kaum pengemis lokal.
Para pengemis itu tampak menggelar tikar. Di atas alas itu, mereka kemudian meletakkan remah-remah roti kering. Ya, hanya itu makanan yang dapat dikumpulkan dari seharian meminta-minta di pinggir jalan.
Hasan tersenyum dan mengucapkan salam kepada mereka, “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga Allah merahmati kalian semua.”
Peminta-minta itu tahu bahwa sosok di hadapannya adalah seorang cucu Nabi SAW. Setelah menjawab salam, mereka mengajak Hasan untuk makan bersama. Tanpa ragu, kakak Husain bin Ali ini lalu turun dari keledai tunggangan, dan mendekati tikar itu. Dengan wajah cerah, ia menerima undangan mendadak itu dan duduk di antara mereka, menikmati sajian yang ada.
“Mari kita makan, wahai cucu Rasulullah SAW,” kata seorang di antaranya.
“Baiklah,” jawab Hasan.
Tidak ada sajian apa pun di sana kecuali remah-remah roti hasil mengemis. Para pengemis itu pun makan dengan lahapnya. Begitu pula dengan Hasan, yang turut menikmati makanan tersebut.
View this post on Instagram
Setelah itu, Hasan mengobrol sebentar dengan mereka. Barulah kemudian ia bangkit berdiri untuk berpamitan. Di atas keledainya, ia berkata, “Saya telah memenuhi undangan kalian untuk makan bersama. Maka itu, penuhilah undanganku untuk datang ke rumahku.” Amirul mukminin kelima itu lantas menentukan waktu tanggalnya. Para pengemis itu dengan antusias mengatakan bersedia hadir.