Ketiga, adalah Sherine Hanaei, yang mengejutkan para pembaca dengan novel pertamanya 2011 yang berjudul "Necrophilia". Di dalamnya, dia berbicara tentang penyakit mental yang langka dan mengerikan dari jenisnya. Di mana seorang wanita memiliki kecenderungan pada tubuh orang mati. Karyanya mencampurkan antara horor dan filosofi.
Keempat, ialah Ahmed Murad yaitu penulis novel "al-Fiil al-Azroq" (The Blue Elephant) yang diterbitkan pada 2012, yang merupakan perjalanan yang mengasyikkan ke dunia kejahatan, teror, sihir, dan seolah tenggelam di dalam jiwa manusia.
Sang protagonis mencoba menguraikan mantra sihir dengan memakan pil "gajah biru". Novel ini meraih sukses besar, karena menduduki puncak daftar buku terlaris tahun ini, selain terjemahannya ke dalam Italia.
Sejak dirilis, novel tersebut menuai kontroversi namun memenangkan Arab Booker Prize pada 2014. Kemudian masuk ke layar lebar dengan nama yang sama disutradarai oleh Marwan Hamed dan dibintangi Karim Abdel Aziz dan Khaled Al-Sawy. Naskah filmnya ditulis oleh penulis novel yang sama.
Kelima, novelis bernama Irak Ahmed Saadawi dengan karyanya berjudul "Frankenstein in Baghdad". Novel ini berkisah tentang seseorang yang mengumpulkan sisa-sisa tubuh korban bom teroris selama musim dingin tahun 2005, untuk menempelkan bagian-bagian tersebut dan menghasilkan manusia yang aneh.
Makhluk itu bangkit untuk melakukan proses balas dendam yang luas terhadap penjahat yang membunuh mereka. Pada 2014, novel ini memenangkan tempat pertama dalam Penghargaan Internasional untuk "Booker" Fiksi Arab. Novel tersebut telah diterjemahkan ke lebih dari satu bahasa internasional.
Sumber: arabicpost
Ikuti Whatsapp Channel Republika
