REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) terus memasifkan literasi Alquran. Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Kamaruddin Amin, menyebut ada beberapa cara yang dilakukan Kemenag untuk meningkatkan minat dan kemampuan Muslim Indonesia dalam membaca Alquran. Salah satunya, melalui kehadiran Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang jumlahnya ratusan ribu.
Tak hanya itu, dalam waktu dekat pihaknya disebut akan meluncurkan program baru, yang disebut Gerakan Subuh Mengaji.
"Dalam waktu dekat, kami akan meluncurkan sebuah program yang disebut Gerakan Subuh Mengaji. Jadi setiap selesai shalat Subuh, kita canangkan untuk mengaji," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (28/2).
Terkait pernyataan yang disampaikan Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Komjen (Purn) Syafruddin, bahwa 65 persen Muslim Indonesia buta aksara Alquran, ia menyebut belum ada penelitian yang dilakukan secara komprehensif dari Kemenag. Namun, ia tidak memungkiri jika memang belum semua Muslim di Indonesia bisa membaca Alquran.
Untuk itu, secepatnya ia menyebut akan meminta lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang) Kemenag untuk melakukan penelitian tentang tingkat literasi Alquran.
"Sebenarnya kegiatan peningkatan literasi Alquran sudah dilakukan secara massif di Indonesia. Sementara, ketika diketahui masih ada yang belum bisa baca alquran, ini fakta yang tidak bisa kita pungkiri," kata dia.
Selain mengandalkan keberadaan TPA, Kemenag juga disebut memanfaatkan keberadaan 50.000 penyuluh yang berada di Indonesia untuk meningkatkan literasi Alquran. Salah satu tugas penyuluh adalah menegakkan literasi baca tulis Alquran di masyarakat, selain memberikan bimbingan keagamaan.
Masyarakat juga dinilai secara mandiri berupaya menghadirkan pendidikan Alquran di lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan dengan membuka pengajian atau majelis taklim, yang jumlahnya mencapai ratusan ribu.
Terakhir, Kamaruddin menyebut sinergi dan kolaborasi antara Kemenag dengan ormas keagamaan terus dilakukan.
"Ini bukan hanya tugas pemerintah, masyarakat juga memiliki kontribusi sangat luar biasa dalam meningkatkan literasi baca Alquran," lanjutnya.
Pernyataan Waketum DMI yang menyebut 65 persen Muslim di Tanah Air masih buta Alquran ini didasarkan pada hasil riset yang dilakukan Hidayatullah. Komjen (Purn) Syafruddin menyebut hanya 65 persen ini hanya bisa syahadat dan al-Fatihah.
Hasil survei itu ia sampaikan saat merilis Mudd Uswati untuk Sejuta Hafiz Qur’an di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (26/6). Menurutnya, angka 65 persen itu sangat memprihatikan bagi indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam.