Senin 01 Mar 2021 09:13 WIB

Yordania Kecam Pembobolan Masjid Al Aqsa oleh Israel

Israel mengizinkan 230 orang Yahudi radikal masuk ke Masjid Al Aqsa

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
Masjid Al- Aqsa
Foto: Iqna
Masjid Al- Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Pejabat Yordania mengecam keputusan pemerintah Israel, mengizinkan 230 orang Yahudi radikal masuk ke Masjid Al-Aqsa, Ahad (28/2). Orang Yahudi diketahui sedang merayakan festival Yahudi Purim dan berencana mengadakan perayaan "karnaval" pada hari itu.

Dalam pelaksanaannya, festival ini sering dirayakan dengan mengenakan kostum maupun pakaian dan topeng warna-warni. Dalam sebuah video yang beredar, terlihat beberapa orang dalam kondisi mabuk dan mengacungkan botol anggur di luar salah satu gerbang masjid.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Daifallah Al-Fayez, mengatakan polisi Israel mengizinkan ratusan kelompok radikal masuk ke Masjid Al-Aqsa, tanpa koordinasi dengan pejabat Wakaf Yordania.

Dilansir di Arab News, Senin (1/3), juru bicara ini juga menyebut tindakan Israel merupakan pelanggaran berat dari status quo sejarah dan hukum. Israel juga melanggar hukum internasional dan komitmen yang dibuat oleh Israel.

Al-Fayez juga menekankan Departemen Wakaf Yerusalem adalah satu-satunya pihak legal yang bertanggung jawab atas pengelolaan masjid. Termasuk di dalamnya memutuskan siapa yang boleh masuk dan tidak.

Lebih lanjut, ia mengatakan Israel harus menghormati status quo dan otoritas yang dipegang oleh para pejabat Wakaf Yerusalem.

Tindakan ini dilakukan Israel saat media negara tersebut mengklaim Menteri Pertahanan Israel, Jenderal Benny Gantz, mengadakan pertemuan tanpa pemberitahuan dengan raja Yordania, Jumat lalu.

Yordania belum mengomentari masalah ini. Media lokal Yordania juga relatif diam, kecuali untuk beberapa platform yang menerbitkan ulang laporan media Israel.

Pemimpin partai Biru dan Putih, Gantz, dilaporkan sebelumnya mengatakan kepada anggota partai jika dia sedang melakukan pertemuan rahasia dengan pejabat tinggi Yordania. Gantz secara terbuka mengkritik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, karena gagal meningkatkan hubungan dengan Yordania.

“Saya pikir hubungan kami dengan Jordan bisa 1.000 kali lebih baik. Sayangnya, Netanyahu adalah sosok yang tidak diinginkan di Yordania dan kehadirannya merugikan hubungan kedua negara,” kata Gantz.

Raja Yordania sendiri diketahui tidak senang dengan cara Israel melanggar pemahaman yang dicapai di Amman pada tahun 2014 di hadapan Menteri Luar Negeri AS. Saat itu, John Kerry, Netanyahu dan raja Yordania, telah setuju jika Masjid Al-Aqsa adalah tempat untuk Muslim  berdoa dan agar semua orang lain berkunjung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement