Sabtu 27 Feb 2021 08:54 WIB

Kadal Gurun Dinista, Kata Arab Alkohol Dipuja

Payorasi kadrun dan perluasan minuman berkata Arab: Alkohol

Perempuan du Mesir Kuno menuangkan minumab beralkohol,
Foto:

Dan situasi berlanjut sekarang pada masa pandemi yang sebenarnya sudah semakin marak dengan mulanya media sosial. Sudutkan kata serapan Arab untuk menghina adalah hal biasa.

Kejadiannya persis dengan perubahan kata seorang anak sekolah atau dalam bahasa Pakistan disebut Thaliban (berasal dari kata Arab: Thalib yang berati murid/siswa) yang semula baik konotasi kini berubah buruk karena selalu disebut sebagai kelompok radikal oleh media barat. Padahal bila dipadankan kata 'thaliban' itu identik dengan kata yang lazim dikenal di Indonesia sebagai 'Santri'.

Sebutan yang tak jelas ini makin membingungkan ketika dikaitkan dengan sikap sebagian pihak yang mencari keuntungan materi dengan penggunaan sebutan atau kata dalam bahasa Arab yang terkait dengan Islam: seperti syariah, zakat, haji, umrah, hingga wakaf.

Semua sebutan itu hari-hari ini begitu dipuja, bahkan dianggap sebagai 'mantera' penyelamat ekonomi. Lagi-lagi ini berbalik dengan kata yang sebenarnya Arab yang terkait dengan ajaran Islam yang sebenarnya berkonotasi biasa saja seperti kata 'Khilafah', 'Jihad', hingga 'takbir'. Kata -kata ini seolah kata yang harus dihindari bahkan dimusuhi. 

Yang paling unik lagi adalah sebuah kata serapan Arab yang kini ramai disoroti. Kata serapan tersebut adalah 'Alkohol' yang berati 'si-mudah menguap'. Kata ini ramai dibahas karena terkait aturan industri minuman keras yang melalui peraturan terakhir yang terindikasi dengan UU Cipta Kerja diubah statusnya dari kategori bidang usaha tertutup menjadii terbuka.

Situasi terkait dengan pengaturan sebuah produk yang memakai nama Alkohol tentu saja segera memantik protes. Para 'Mama' di Papua pun protes keras. Mereka sudah lama meminta kepada pihak terkait aturan peredaran minuman yang memakai 'Alkohol' (minuman keras/miras) di wilayahnya dicabut.

Mereka tak terima karena bila minuman mengandung alkohol dibiarkan bebas, maka akan banyak anak, suami, dan kerabat yang menjadi kecanduan. Bahkan mereka kerap menjumpai kenyataan gaji dari sang suami hanya dihabiskan untuk membeli minuman keras pada awal bulan.

Keterangan foto: Para Mama Papua di Mimika berdemonstrasi menolak penjualan miras. (kredit foto: salampapua.com).

Tak beda dengan protes Mama Papua yang beragama Nasrani, umat Islam jelas protes akan aturan baru industri minuman keras. Wakil Ketua MUI dan Ketua PP Muhamadiyah dengan tegas menolak aturan dengan karena khawatir akan dampak penjualan minuman keras yang semakin bebas saja.

Sebab, kenyataan yang ada sekarang semua tahu banyak sekali miras yang dijual sembunyi sembunyi dipinggir jalan dan tempat lain yang begitu gampang diakses publik. Kedknya bermacam-bermacam dari warung jamu hingga tempat hiburan biasa.

black and white sketch of flask and still.

Keterangan foto: Penyulingan Alkohol.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement