REPUBLIKA.CO.ID, HEBRON -- Pada 25 Februari 1994, bertepatan dengan waktu sholat subuh, ratusan warga Palestina diserang dengan ditembaki dan dibom di Masjid Ibrahimi di Hebron, Palestina. Serangan mengerikan itu menyebabkan 29 jamaah meninggal dan puluhan lainnya terluka.
Dilansir dari Anadolu Agency, menurut saksi mata, serangan tersebut direncanakan oleh sekelompok pemukim Yahudi bersama dengan bantuan tidak langsung dari tentara Israel yang tidak berada di lokasi selama pembantaian tersebut. Muslim sangat menghargai Masjid Ibrahimi karena mereka percaya masjid dibangun di lokasi makam Nabi Ibrahim.
Pemukim Yahudi juga memuja tempat itu karena mereka menyebutnya Gua Leluhur karena keyakinan mereka bahwa makam Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah terletak di sebuah gua di bawah masjid.
Sebelum pembantaian
Khamis Qafisha (60 tahun) seorang pensiunan guru, mengenang dia terkejut dengan tidak adanya tentara Israel di lokasi itu selama sholat subuh. Padahal pada waktu isya, bentrokan antara jamaah terjadi sebelum pembantaian. Hal ini dikatakannya menegaskan keterlibatan Israel dalam pembantaian itu.
"Selama sholat isya, tentara menunda kami masuk ke masjid selama lebih dari 15 menit dan mencoba bernegosiasi dengan kami untuk menunaikan sholat di tempat selain tempat kami sholat karena pemukim berada di dalam masjid," kata Qafisha.