Ahad 21 Feb 2021 12:03 WIB

Kisah Keturunan Para Pangeran Mataram Mengaji di Pesantren

Para kiai di pesantren kebanyakan berdarah para pangeran kraton.

Santri Jawa di masa lalu.
Foto: Muhammad Sibarkah
Santri Jawa di masa lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh: Subhan Mustaghfirin, Penulis Sejarah dan tinggal di Yogyakarta.

Raden Bagus Kemuning adalah salah satu putra Susuhunan Amangkurat lll yang dalam Babad Tanah Mataram dikenal sebagai Sunan Amangkurat Mas bernama timur Mas Sutikna dan berjuluk Sunan Kendang atau Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit ('kencet': bahasa Jawa). Beliau memiliki dua istri permaisuri dan 48 selir.

 

Dikisahkan pula bahwa Mas Sutikna berwatak mudah marah dan cemburu bila ada pria lain yang lebih tampan, tercatat Tumenggung Mertowongso ll, bupati Ponorogo yang terkenal tampan dan ramah dikebiri oleh Amangkurat lll hanya karena disukai oleh para selirnya dan menyebabkan perang Ponorogo-Kertasura di Sungai Sekayu.

 

Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.

 

Raden Sukra kemudian dibunuh utusan Mas Sutikna, sedangkan Pangeran Puger dipaksa menghukum mati Ayu Lembah, putrinya sendiri. Mas Sutikna kemudian menikahi Ayu Himpun, adik Ayu Lembah.

 

Satu watak yang layak dipuji darinya adalah beliau sangat anti terhadap penjajah. Hal itu kelak diwariskan kepada para keturunannya. Ketika Amangkurat III naik takhta di Kartasura menggantikan Amangkurat II yang meninggal tahun 1702, terjadi perselisihan dengan Pangeran Puger terkait dengan takhta Kertasura yang menyebabkan terjadinya perang suksesi Jawa l (1704-1708).

 

Pada tahun 1705, dengan dukungan kekuatan militer VOC dan sebuah koalisi para pendudukung dari tentara Jawa, Bugis, Makassar, Bali, Melayu, Banda, Ambon, dan Mardijkers (orang pribumi berbahasa Portugis) menyerang Kartasura. Amangkurat terpaksa melarikan diri ke timur dan mencari suaka pada Surapati dengan membawa pusaka Mataram. Bulan September, Pakubuwana masuk Kartasura dan menaiki takhta Mataram.

 

Amangkurat III meminta bantuan dari Untung Surapati, seorang jawara sekaligus bupati Pasuruan yang antipati terhadap Belanda, yang kebetulan juga sedang diburu VOC. Pecahlah perang di Pasuruan pada 1706, Untung Surapati tewas. Terbunuhnya Untung Surapati membuat Amangkurat III semakin panik.

 

Amangkurat lll sempat beberapa kali berpindah tempat di sejumlah daerah di Jawa Timur. VOC menjanjikan bahwa Amangkurat III boleh memerintah sebagian wilayah Jawa dan tidak harus tunduk kepada Pangeran Puger atau Pakubuwana I.

 

Namun, janji itu hanya taktik licik untuk menangkap Amangkurat III. Setelah menyerah, VOC kemudian mengasingkan Amangkurat III ke Sailan (Sri Lanka) pada 1708.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement