Selasa 16 Feb 2021 10:53 WIB

Temuan HRW tentang Syiah-Sufi dalam Buku Agama Arab Saudi

HRW sampaikan temuannya terkait Syiah dan sufi dalam buku agama Arab Saudi

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
HRW sampaikan temuannya terkait Syiah dan sufi dalam buku agama Arab Saudi. Bendera Arab Saudi.
Foto:

HRW tidak meninjau teks pendidikan tambahan yang berhubungan dengan keyakinan Islam seperti hukum, budaya, komentar atau pembacaan Alquran. 

Laporan itu menambahkan bahwa ada juga bahasa yang tidak toleran dan merendahkan tentang Kristen dan Yudaisme. 

Kelompok hak asasi sebelumnya mempelajari buku teks yang sama pada 2017 dan menemukan bahwa kurikulum Riyadh berisi bahasa yang penuh kebencian dan menghasut terhadap agama dan tradisi Islam yang tidak sesuai dengan interpretasinya terhadap Islam Sunni. 

Reformasi  

Dalam beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat (AS) telah meminta Arab Saudi   mereformasi kurikulum pendidikannya. Saudi diminta meninjau dan merevisi materi pendidikan untuk menghilangkan semua hal yang menyebarkan intoleransi dan kebencian terhadap agama minoritas. 

Antara 2017 dan 2020, Kementerian Pendidikan Arab Saudi membuat banyak perubahan pada buku teks sebagai tanggapan atas kritik Amerika Serikat. Pada 2019, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mencap Riyadh sebagai salah satu pelanggar terburuk kebebasan beragama di dunia.  

"Perubahan ini, bagaimanapun, sebagian besar terbatas pada bagaimana agama atau kelompok lain disajikan dalam buku teks, termasuk menghilangkan rujukan kebencian terhadap orang Kristen, Yahudi, dan LGBT, serta menghapus bahasa kekerasan dan anti-Semit," kata HRW. 

Untuk referensi Syiah dan sufi Islam, yang paling eksplisit telah diminimalkan tetapi buku teks terus melabeli beberapa praktik mereka sebagai bukti politeisme. Seperti praktik meratapi orang mati, mengunjungi kuburan tokoh agama terkemuka, dan membangun masjid serta tempat suci di atas kuburan, kata laporan itu. "Arab Saudi telah membuat kemajuan tetapi ini bukan waktunya untuk menyatakan kemenangan atas reformasi buku teks," kata Page. 

"Selama referensi yang meremehkan agama minoritas tetap ada dalam teks, itu akan terus memicu kontroversi dan kecaman," ujarnya. 

Seorang pengacara Arab Saudi dari provinsi mayoritas Syiah di Timur mengatakan kepada HRW bahwa semua Muslim di Arab Saudi diharuskan menggunakan kurikulum.  

Dengan sedikit pengecualian, Kerajaan Arab Saudi tidak mentoleransi ibadah publik oleh penganut agama selain Islam dan secara sistematis mendiskriminasi agama minoritas Muslim, terutama Syiah Dua Belas Imam dan Ismaili, termasuk dalam pendidikan publik, sistem peradilan, kebebasan beragama, dan pekerjaan.  

 

Sumber: middleeasteye.net

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement