REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Pandangan negatif terhadap Muslim dan warga imigran terjadi secara luas di seluruh daratan Eropa. Hal ini diketahui berdasarkan survei yang dilakukan di delapan negara Eropa.
Survei terhadap 12 ribu orang dari Swedia, Prancis, Jerman, Inggris, Hongaria, Polandia, Belanda, dan Italia ini juga menemukan ketidakpercayaan yang meluas terhadap otoritas dan kekecewaan atas politik tingkat tinggi.
Dilansir di Vice, Selasa (16/2), penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari kelanjutan laporan tentang penyebaran pandangan antiminoritas dan ekstremisme sayap kanan selama pandemi.
Para peneliti menemukan berbagai tingkat dukungan untuk sebuah konspirasi yang lantas dibantah secara luas yang disebut "Great Replacement Theory". Teori konspirasi ini menyebut, para elite mendorong adanya imigrasi untuk melemahkan Eropa.
Menurut survei, hanya 16 persen warga di Inggris yang menyatakan mendukung teori konspirasi ini, sedangkan di Italia 39 persen menyetujui teori itu bahkan menganggap itu benar. Di Hongaria, 40 persen dari mereka yang disurvei mengatakan, konspirasi itu pasti atau mungkin benar terjadi.
"Ketika pandemi Covid-19 telah melanda seluruh Eropa, kami melihat beberapa kelompok radikal dan sayap kanan menjadi lebih makmur dan beberapa lainnya menjadi kacau,” kata CEO Hope not Hate, Nick Lowles.
Di Eropa, dia menyebut, teori konspirasi banyak yang berakar dari antisemit dan akan makin populer. Nasionalisme rasial yang meningkat seakan menyertai peningkatan teror sayap kanan. "Ideologi kebencian diinternasionalkan tidak seperti sebelumnya, sehingga perlawanan harus selalu dilakukan," kata dia.
Hongaria secara konsisten memegang posisi negara dengan pandangan paling bermusuhan terhadap minoritas dari negara-negara yang disurvei. Laporan tersebut menemukan, 60 persen warganya memiliki pandangan yang sangat atau cukup negatif terhadap imigran.
Sebanyak 54 persen merasakan hal serupa...