Kamis 04 Feb 2021 23:42 WIB

'Perang' Ekstremisme Islam Prancis, Rugikan Muslimah Hijabi?

Perang terhadap ekstremisme Islam di Prancis dinilai rugikan Muslimah berhijab

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Perang terhadap ekstremisme Islam di Prancis dinilai rugikan Muslimah berhijab. Ilustrasi jilbab
Foto:

“Tidak adil ketika masyarakat menjadikan identitas saya, sebagai hijabi, sebagai penghalang bahkan ketika saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan sukarela atau tidak mendapatkan upah setelah bekerja,” keluhnya.

Disisi lain, Ines tampaknya lebih beruntung dibanding Nadia. Setelah memutuskan melepaskan hijabnya saat melakukan wawancara kerja, banyak perusahaan menawarinya pekerjaan. Namun ketika Ines meminta izin untuk mengenakan hijabnya, perusahan tersebut langsung memutuskan wawancara secara sepihak atau menghilang begitu saja tanpa ada penindaklanjutan.

“Meskipun saya telah terbiasa dengan perlakuan buruk sebagai hijabi ketika saya mencari pekerjaan, perubahan sikap pewawancara mengejutkan saya, sampai hari ini saya merasa dikhianati karena sampai saat itu saya yakin saya akan mendapatkan pekerjaan itu," kata Ines.

“Sebelum memberitahukan status saya sebagai hijabi, dia melihat seluruh kemampuan saya, ketika saya membahasnya, tiba-tiba keterampilan saya menjadi tidak relevan karena dia tidak dapat melihat lebih jauh dari prasangkanya. Saya merasa ini adalah metafora yang tepat untuk bagaimana masyarakat Prancis memperlakukan kami, pemandangan kerudung kita membutakan banyak orang dari melihat kita sebagai manusia dengan bakat dan keterampilan untuk ditawarkan,” ujarnya menjelaskan.

Undang-undang anti-separatisme yang diusulkan memberikan individu seperti Ines untuk bertindak berdasarkan prasangka pribadi mereka. Dan jala menyebar lebih jauh karena orang tua akan dicegah memberikan pendidikan rumah kepada anak-anak mereka.

Ines yang sebelumnya bekerja di Inggris, di mana pengalaman hidupnya sebagai seorang Muslim yang taat jauh lebih tidak bermasalah daripada di negaranya sendiri karena hijab dan keterampilan bahasa Arabnya dianggap sebagai aset di lingkungan toko ritel di pusat kota London yang sering dikunjungi banyak pelanggan kaya Arab. Seperti banyak orang lain dengan latar belakang yang sama, Ines berencana untuk pergi dari Perancis, ke negara-negara yang tidak menempatkan hijabnya sebagai penghalang. 

 

Sumber: https://www.trtworld.com/magazine/how-france-s-separatism-law-affects-muslim-working-class-women-43856  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement