Senin 01 Feb 2021 17:21 WIB

PPIM UIN Jakarta Ungkap Mengapa Hijrah Lebih Diminati   

PPIM UIN Jakarta meneliti mengapa komunitas hijrah lebih diminati

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
PPIM UIN Jakarta meneliti mengapa komunitas hijrah lebih diminati. Jambore Hijrah Bikers di Kompleks Masjid Jogokariyan, Sabtu (31/8). Ilustrasi
Foto:

Lima komunitas hijrah yang diteli PPIM UIN Jakarta di antaranya, pertama, komunitas Pemuda Hijrah Shift di Bandung (konservatif non salafi). Kedua, Kajian Musyawarah di Jakarta yang isinya para artis serta selebriti yang berhijrah (konservatif non salafi).  

Ketiga, Yuk Ngaji di Jakarta yang digawangi Felix Siauw (islamis). Keempat, Terang Jakarta (konservatif salafi akomodatif). Kelima, The Stranger Al Ghuroba di Jakarta (konservatif salafi murni), menurut peneliti PPIM UIN Jakarta, komunitas ini yang sangat tertutup. 

Windy juga menjelaskan tentang tipologi dan spektrum gerakan hijrah yang ditemukan dalam penelitian PPIM UIN Jakarta. Pertama, konservatif dan yang kedua islamis. Kelompok yang konservatif terdiri dari yang salafi dan non salafi. Salafi ada dua, di antaranya salafi akomodatif dan salafi murni. 

"Salafi akomodatif ini cukup unik, dan kami membuat (istilah) salafi akomodatif ini untuk mengakomodasi kecenderungan (orang-orang) salafisme yang sangat terbuka pada beberapa isu," jelasnya. 

Dia menerangkan, kelompok salafi akomodatif tidak terakomodasi definisi dan kategorisasi salafi yang dibuat Quintan Wictorowicz dan Din Wahid. 

 

"Jadi kami memunculkan istilah salafi akomodatif, mereka semua tergabung dalam Muslim United dan Barisan Bangun Negeri kecuai The Strangers Al Ghuroba (kelompok salafi murni)," kata Windy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement