Menurut Direktur Urusan Publik Dewan Nasional Muslim Kanada Quebec, Yusuf Faqiri, masjid terus ada atas rahmat Tuhan, tetapi terus menanggung bekas luka pada 29 Januari 2017.
Artinya, banyak tempat di mana jendela berada, masih tertutup lembaran logam. Yusuf mengatakan, sangat tidak dapat diterima bagi komunitas untuk membiarkan situs ini tetap dalam kondisi ini.
"Ini saatnya kita semua melangkah untuk membangun kembali dan memperkuat masjid, untuk membangun kembali tempat yang coba dihancurkan oleh penyerang, di mana Muslim Quebec tidak akan pernah lagi merasa tidak aman, di mana harapan dan cinta mengalahkan kebencian dan kekerasan." kata Yusuf.
Karena Covid-19, acara virtual untuk memperingati hari yang diselenggarakan oleh masjid dan kelompok lain sedang berlangsung hari ini, termasuk pembacaan ayat-ayat Alquran yang juga akan disiarkan di media sosial.
Pada 29 Januari 2017, enam pria Muslim ditembak mati di Masjid Kota Québec. Seorang teroris nasionalis kulit putih bersenjata melakukan penembakan di Pusat Kebudayaan Islam di Laval, Québec, tepat setelah sholat Isya. Ini menjadi pembunuhan massal terburuk di rumah ibadah dalam sejarah Kanada.
Seorang pemilik toko bahan makanan halal, seorang profesor di Université Laval, tiga pegawai negeri sipil dan seorang pekerja farmasi dibunuh Alexandre Bissonnette. Orang-orang yang menjadi korban berasal dari Maroko, Aljazair, dan Guinea.
Korban pembunuhan adalah: Ibrahima Barry (39 tahun), Mamadou Tanou Barry (42 tahun), Khaled Belkacemi (60 tahun), Aboubaker Thabti (44 tahun), Abdelkrim Hassane (41 tahun) dan Azzedine Soufiane (57 tahun). Sembilan belas jamaah lainnya terluka, termasuk Aymen Derbali, yang lumpuh dalam upaya menghentikan Bissonnette.
Sumber: https://www.aa.com.tr/en/americas/jan-29-marks-4th-anniversary-of-quebec-mosque-massacre/2127638