Kedua, madrasah yang sulit dijangkau dan letaknya jauh di pelosok sehingga tidak bisa mengumpulkan siswa secara terbatas dan dan tidak memungkinkan juga untuk dikunjungi guru. Karena itu, model yang dilakukan yakni dengan cara yang disebut drive-thru.
"Maksudnya, materi-materi yang sudah diprogram itu diletakkan di pos keamanan atau tempat yang sudah disepakati, nanti siswanya yang menjemput materinya, siswa datang mengambil tugas itu, konsultasi secara bergantian agar mereka tidak menumpuk di satu tempat," ujarnya.
Ketiga, madrasah yang berada di daerah dengan jaringan internet dan infrastruktur memadai. Untuk madrasah yang biasanya ada di perkotaan ini, Kemenag menyediakan aplikasi pembelajaran elektronik.
Aplikasi e-learning ini dilengkapi buku elektronik, video pembelajaran, panduan bagi guru membangun kelas virtual dan panduan berkomunikasi dengan siswa dari jarak jauh. Lewat aplikasi itu, guru juga membuat laporan pembelajaran hingga sampai menjadi rapor siswa.
"Tinggal guru memilih, jadi yang mengatur tetap guru," katanya.