Ahad 17 Jan 2021 21:46 WIB

Pelajar Rohingya Tuntut Dilibatkan Bahas Rencana Pemulangan

Kaum pelajar Rohingya tuntut dilibatkan pembahasan rencana pemulangan

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nashih Nashrullah
Sekelompok pengungsi Rohingya di atas kapal angkatan laut saat mereka pindah ke Pulau Bhashan Char, di Chittagong, Bangladesh 29 Desember 2020. Kelompok kedua pengungsi Rohingya dipindahkan ke pulau Bhashan Char di bawah distrik Noakhali.
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Sekelompok pengungsi Rohingya di atas kapal angkatan laut saat mereka pindah ke Pulau Bhashan Char, di Chittagong, Bangladesh 29 Desember 2020. Kelompok kedua pengungsi Rohingya dipindahkan ke pulau Bhashan Char di bawah distrik Noakhali.

REPUBLIKA.CO.ID, COXS BAZAR – Sekelompok anak muda Rohingya yang sebagian besar tinggal di kamp pengungsi terbesar di dunia, Cox's Bazar, menuntut partisipasi dalam percakapan tentang pemulangan kembali ke Myanmar. 

“Bagi saya, dipulangkan itu seperti lulus ujian hidup saya. Setiap orang di dunia ini memiliki tujuan mereka sendiri dan itu adalah pemulangan orang-orang Rohingya,” kata Pendiri Jaringan Pelajar Rohingya (RSN) kepada Al Arabiya, Ro Sawyeddollah.

Baca Juga

Sawyeddollah menyebut pihaknya hanya ingin keselamatan dan keamanan yang terjamin. Dia juga meminta agar pemerintah Myanmar memulihkan hak kewarganegaraan dan persamaan hak mereka.

Masalah pemulangan Rohingya akan dibahas paling lambat dalam serangkaian pertemuan antara Bangladesh, Myanmar, dan China yang telah dijadwalkan pada 19 Januari nanti. 

Lebih dari 1,1 juta pengungsi Rohingya telah mencari perlindungan di negara tetangga, Bangladesh setelah menghadapi diskriminasi di bawah pemerintahan Suu Kyi.

RSN merilis pernyataannya pada Sabtu untuk meminta kursi di pertemuan tersebut. Bagi mereka, hasil pertemuan itu menentukan masa depan para pengungsi Rohingya.

Sawyeddollah mengatakan RSN percaya keterlibatan China tidak mungkin membantu penderitaan Rohingya untuk kembali ke rumah dengan selamat. Dia melihat tindakan diskriminasi terhadap orang-orang minoritas Muslim Uyghur oleh otoritas China di Xinjiang.

“Cina adalah salah satu negara yang menentang resolusi hak asasi manusia Rohingya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jadi kami tidak mengharapkan sesuatu yang baik bagi warga Rohingya jika menyangkut China. China memiliki banyak perusahaan di Myanmar sehingga itulah yang mendorong negosiasi dan membantu pemerintah genosida,” ujar dia.

Sawyeddollah mengaku sudah dua kali bertemu dengan pemerintah Myanmar saat delegasi datang ke Cox\'s Bazar. Pemerintah Myanmar saat itu tidak memberi jawaban yang tepat. Sekarang mereka datang bersamaChina untuk meyakinkan Bangladesh dan orang-orang Rohingya menerima repatriasi tanpa memberi kami hak para warga Rohingya.

Sawyeddollah mengatakan RSN ingin menghadiri pertemuan tripartit untuk memintaChina tidak terlibat dengan masalah Rohingya sebelum menangani masalah hak asasi manusia di negaranya sendiri.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Bangladesh, AK Abdul Momen mengatakan pihaknya siap mengirim pengungsi Myanmar kembali ke asal negaranya. “Kami percaya Myanmar setuju untuk mengambil mereka kembali, memastikan keselamatan dan keamanan mereka,” kata Momen.

Menurut salah satu Pendiri Koalisi Bebas Rohingya yang berbasis di Inggris, Ro Nay San Lwin, China telah terlibat untuk membantu Myanmar menghindari sanksi yang diajukan organisasi internasional termasuk PBB, terkait masalah Rohingya.

“China dan Myanmar telah menjadi sekutu yang sangat dekat untuk waktu yang lama. Mereka semakin dekat ketika negara-negara Barat memberikan sanksi kepada Myanmar,” ujar Lwin.

RSN memiliki perwakilan dari 34 kamp Cox's Bazar yang dikelola pemerintah. Cox’s Bazar telah dikecam sebagai fasilitas yang tidak sesuai oleh organisasi bantuan internasional, terutama setelah wabah Covid-19 karena kamp penuh sesak.

Sejak 2018, Bangladesh telah berupaya untuk memulai repatriasi Rohingya kembali ke Myanmar, tetapi ada perlawanan karena penganiayaan dan kekerasan yang terus berlanjut terhadap para pengungsi Rohingya. 

Sebagian besar pengungsi di kamp melarikan diri setelah tindakan keras oleh pasukan militer Myanmar yang kemudian disebut memiliki niat genosida oleh PBB. 

Sumber: https://english.alaraby.co.uk/english/news/2021/1/16/rohingya-student-group-demands-consultation-in-repatriation-talks

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement