Ahad 17 Jan 2021 20:51 WIB

Presiden Jokowi dan Melejitnya Popularitas Sinovac China? 

Popularitas Sinovac China disebut melejit usai vaksinasi Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjalani suntik vaksin Covid-19 buatan Sinovac.
Foto:

Pusat Produksi

Foto-foto Presiden Jokowi saat disuntik vaksin buatan Sinovac itu telah menghiasi berbagai media massa dan media sosial di China.

Apalagi pada saat itu bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri sekaligus Dewan Pemerintahan China Wang Yi ke Jakarta dengan agenda utama bertemu Presiden Jokowi.

Maka tidak heran kalau kemudian Beijing memberikan dukungan penuh kepada Indonesia sebagai pusat produksi vaksin di kawasan Asia Tenggara.

Sebelumnya, pemerintah China juga berharap peningkatan kerja sama pengembangan vaksin lebih lanjut.

China sangat ingin melanjutkan penguatan kerja sama dengan Indonesia, mendukung upaya anti epidemi, dan bersama-sama mencukupi kebutuhan vaksin negara-negara berkembang dan negara-negara Islam dengan harga terjangkau, demikian pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China kepada ANTARA Beijing pada Senin (11/1/2021) menanggapi keluarnya sertifikat halal MUI untuk vaksin CoronaVac.

Hal itu tentu saja membawa angin segar bagi produsen vaksin China, baik Sinovac, Sinopharm, maupun yang lainnya, di tengah berita keraguan akan kemanjurannya.

China tidak lagi pusing dengan media-media Barat yang membandingkan keampuhan vaksin Sinopharm dan Sinovac yang jauh berada di bawah Pfizer dengan tingkat efikasi di atas 90 persen.

Berita kematian 23 orang berusia lanjut di Norwegia yang diduga terkait dengan vaksin Pfizer seakan menjadi amunisi bagi media-media China untuk melakukan serangan balik terhadap media-media Barat. "Mengpa media AS bungkam soal kematian akibat vaksin Pfizer?" demikian judul editorial Global Times edisi 15 Januari 2021.

Harian yang dikelola partai berkuasa di China itu juga menurunkan seruan pakar agar menangguhkan penggunaan vaksin Pfizer di kalangan orang tua berusia lanjut.

Jika terbukti disebabkan vaksin tersebut, maka efek samping vaksin Pfizer dan vaksin yang menggunakan metode mRNA lainnya tidak sebaik yang diharapkan karena tujuan utama pemberian vaksin mRNA adalah untuk menyembuhkan pasien, demikian pernyataan Yang Zhanqiu, virolog dari Wuhan University.

Otoritas China sendiri memang merekomendasikan vaksinasi untuk kalangan usia 18 hingga 59 tahun.   

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement