REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Syekh Ali Jaber di RS Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (14/1).
Menurut dia, semasa hidupnya Syekh Ali Jaber benar-benar tampil sebagai sosok ulama yang banyak berperan dalam melahirkan para penghafal Alqur’an. “Beliau telah banyak berperan dalam melahirkan generasi penghafal Alquran di negeri ini,” ujar Prof Haedar dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (14/1).
Prof Haedar mengatakan, Syekh Ali Jaber selama hidupnya juga tidak pernah mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang bersifat kontroversial. Menurut dia, keulamaannya juga bukan hanya pada ilmunya, tetapi lisan dan tindakannya yang dapat menjadi suri teladan umat.
“Kita kehilangan ulama yang moderat dan terbuka dengan semua kelompok. Ulama yang santun, toleran, dan menebar kesejukan nilai Islami. Pesan-pesan dakwahnya tidak keras dan tidak meresahkan, itulah pesan dakwah bil hikmah,” ucapnya.
Dia pun mendoakan almarhum meninggal dalam keadaan khusnuh khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dan diterima di sisi Allah SWT. Selain itu, Prof Haedar juga mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran.
“Semoga keluarga yang ditinggal diberi kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan,” katanya.
Syekh Ali Jaber merupakan seorang ulama kelahiran Madinah yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk berdakwah di Indonesia. Ulama yang hafal Alqur’an 30 juz itu wafat di Rumah Sakit Yarsi Jakarta pada Kamis (14/1) pukul 09.00 WIB saat sedang menjalani perawatan intensif tim medis.
Jenazah Syekh Ali Jaber dimakamkan di Pesantren Darul Qur'an, Tangerang, Banten. Pesantren Darul Qur'an dipilih sebagai tempat pemakamannya karena Syekh Ali Jaber pernah mengatakan dakwah beliau bermula di pesantren milik Ustaz Yusuf Mansur itu. Sehingga dia ingin mengakhiri perjalanan dakwahnya di tempat tersebut.