Ahad 10 Jan 2021 18:14 WIB

Muslim Gemar Makan Kambing, Kapan Swasembada Daging?

Kapan swasembada kambing?

Badan Usaha Milik Masyarakat (BUMMas) Warak Berdaya Farm yang fokus pada budidaya ternak kambing dan domba sedang menyiapkan kandang. BUMMas yang terletak di Dusun Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti ini dibentuk oleh Relawan Rumah Zakat Desa Berdaya Dukuh, Dwi Pujiyanto bersama enam penerima manfaat.
Foto:

Perlu rangsangan

Upaya yang harus mulai dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia salah satunya adalah dengan memberikan kemudahan dan pengetahuan bagi masyarakat untuk merangsang minat beternak kambing dan domba. Sejauh ini, kendala yang dihadapi adalah minimnya tekhnologi yang mereka kuasai, terutama tekhnologi pakan.

Peternak tradisional masih tergantung hijauan makanan ternak (HMT) atau yang biasa disebut rumput hijau. Musim hujan berlimpah, namun msim kemarau nyaris tak didapatkan rumput. Selain itu, biaya operasional untuk mengarit rumput juga lumayan besar, sehingga beternak kambing dan domba sangat tidak menguntungkan.

Dompet Dhuafa melalui Dompet Dhuafa Farm Banten (DD Farm) berupaya merayu masyarakat prasejahtera, menjadi penerima manfaat zakat, belajar beternak dengan tekhnologi dan memberikan penghasilan serta pengetahuan bahwa beternak domba dan kambing itu asyik, mudah, murah, dan menguntungkan.

Pakan diproduksi dengan tekhnologi dan menjadi complete feed, makanan domba perpaduan konsentrat dan bahan serat, sehingga tidak perlu campuran hijauan lagi. Dengan begitu, pakan selalu tersedia saat hujan atau kemarau, tidak kotor, tidak menimbulkan bau kotoran karena kering dan tidak becek, biaya murah, ternak tidak berisik karena lapar disebabkan makanan selalu tersedia dan tidak terbatas. Teknologi lain juga diterapkan untuk mengurangi angka kematian di bawah 5%, ada formula yang tepat untuk antisipasi dan minimalisir kematian ternak kambing atau domba.

Siapa saja bisa belajar di DD Farm, bisa training ternak gratis bagi masyarakat kurang mampu. Bisa saling mendukung, kerja sama dengan dinas peternakan dan pemerintah daerah terkait. Tinggal disepakati pola pelatihannya, pola biayanya, inkubasi usahanya, pendampingannya, semua bisa kita lakukan asal kuat kemauan.

Lalu jika permintaan daging domba dan kambing begitu banyak, permintaan hewan kurban di Idul Adha begitu melimpah, kenapa kita belum berswasembada? 

Enak impor saja, mudah, lebih cepat dapat untung (dan juga komisi bagi yang memberi lisensi)? Atau, saya khawatir, jangan-jangan jawabnya seperti para bapak-bapak itu: “Pelihara kambing repot, susah. Lebih mudah beli sate, tinggal makan. Soal dampak lain-lain, itu sih gampang, urusan belakang.” 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement