Ahad 03 Jan 2021 04:00 WIB

6 Nikmat Paling Utama Menurut Ali bin Abi Thalib RA

Terdapat 6 nikmat paling utama dalam pandangan Ali bin Abi Thalib

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Terdapat 6 nikmat paling utama dalam pandangan Ali bin Abi Thalib  Terdapat 6 nikmat paling utama dalam pandangan Ali bin Abi Thalib  Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Terdapat 6 nikmat paling utama dalam pandangan Ali bin Abi Thalib Terdapat 6 nikmat paling utama dalam pandangan Ali bin Abi Thalib Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sayyidina Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat yang berkuasa dalam sejarah awal Islam. 

Secara silsilah, Sayyidina Ali merupakan sepupu dari Nabi Muhammad SAW. Pernikahannya dengan Fatimah az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Rasulullah.

Baca Juga

Selama hidupnya, Sayyidina Ali juga kerap menyampaikan pesan atau nasihat kepada umat Islam. Beliau juga mengingatkan kepada umat Islam untuk bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan di dunia.

Dikutip dair kitab Nashaih ‘Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani, Sayyidina Ali bin Abi Thalib berpesan:

النعم ستة أشياء الاسلم والقران ومحهد رسول االله والعافية والستر والغنى عن النس Ani’amu sittatu asyya’a alislamu,wal Qur’anu, wa Muhammadur Rasululullahi, wal ‘afiyatu, wassitru,wal ghina ‘aninnasi.

Artinya: “Nikmat (yang paling utama) ada enam perkara, yaitu: Islam, Alquran, Nabi Muhammad, Keselamatan (hilangnya hal yang tidak disukai), dan tertutupnya aib, dan tidak memerlukan bantuan orang lain (dalam urusan dunia)”.

Terkait nikmat Islam, Alquran dan Nabi Muhammad, menurut Syekh Nawawi Al-Bantani, sudah sepantasnya bagi umat Islam untuk setiap hari berucap:

رضيت بالله رباًّ وبلإ سلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم رسولا ونبيا وباالقرآن حكما وإماما

Radhitu billahi rabba wabil islamidina wa bi Muhamammadin sallahu 'alaihi wasallam Rasululan wanabiyyan wabil Qur’ani hakaman wa imaman.

Artinya: “Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, Muhamamd sebagai rasul dan nabi panutanku, dan Alqur’an sebagai dasar hukum dan imamku.”

Sementara itu, terkait dengan nikmat keselematan, tertutupnya aib, dan tidak memerlukan bantuan orang lain, Syekh Nawawi mengutip hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, bahwa Nabi bersabda:

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُوْلُ : يَا ابْنَ آدَمَ! تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ، أَمْلأْ صَدْ رَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لاَ تَفْعَلْ مَلأْتُ يَدَكَ شُغْلاً، وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكْ

“Tuhan kalian telah berfirman dalam hadits qudsi, ‘Wahai anak Adam, menyembahlah kepada-Ku dengan sungguh-sungguh niscaya Aku akan penuhi hatimu dengan kekayaan dan kedua tanganmu dengan rezeki. Wahai anak Adam, janganlah engkau menjauh dari-Ku (sebab jika menjauh) niscaya aku akan penuhi hatimu dengan kefakiran dan tanganmu dengan kesibukan (yang sia-sia).” (HR al-Thabrani dan al-Hakim).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement