Jumat 01 Jan 2021 22:50 WIB

Penuturan Pastor yang Pernah Cium Tangan Mbah Moen  

Pastor menghargai sosok Mbah Moen yang nasionalis, religius, dan ekologis

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Pengasuh Ponpes Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Kabupaten Rembang, KH Maimoen Zubair
Foto:

Romo Aloysius sendiri mengaku pernah mencium tangan Mbah Moen yang perkasa tapi lembut dalam usianya yang sudah lanjut. Tapi, menurut dia, semangat Mbah Moen tetap membara. Suatu waktu, dia juga pernah satu panggung dengan Mbah Moen dalam acara apel kebangsaan di simpang Lima Semarang.

Dalam perjumpannya itu, dia pun melihat sosok Mbah Moen sebagai sosok ulama nasionalis yang mampu menerima semua golongan tanpa adanya deskriminasi.  “Dalam konteks nasionalisme kita semua tahu, kita percaya dan kita mengalami, dan saya bersyukur sebagai seorang Pastor Katolik, karena Mbah Moen itu menerima semua tanpa deskriminasi,” katanya.

Menurut dia, hal ini lah yang pantas untuk diperjuangkan dan diteladani dari sosok Mbah Moen. Karena, menurut dia, Mbah Moen memiliki semangat menghargai dengan jiwa keislaman dan keindonesiaan laksana sepasang tangan yang merajut dan merawat keberagaman dan persatuan. “Semua diberi ruang yang setara setiap warga bangsa dan beliau menerima siapa saja,” jelasnya.

Selain itu, dia juga terharu melihat sosok Mbah Moen yang mau menerima sembalin Kartini Pegunungan Kendeng yang dipimpin Sukinah, seorang petani di Rembang. “Ketika Nyai Sukinah ini datang ke Mbah Moen, beliau dengan wajah rahmatan lil alamin, menerima sahabat-sahabat saya para petani,” ujar Romo Aloysius.

Dengan wajah yang teduh dan penuh kasih, lanjutnya, lalu Mbah Moen mendengarkan keluh kesah yang disampaika sembilan kartini Kendeng tersebut. Para petani tersebut meminta doa restu atas perjuangan mereka sebagai petani yang tengah berjuang melawan kerakusan dan eksploitasi sumber daya alam.

 

“Mbah Moen dengan wajah penuh kasih, mendegarkan curhat dari para kartini kendeng ini. Ini luar biasa dan bagi saya inilah yang disebut dengan pengalaman relegius ekologis yang dihadirkan Mbah Moen,” jelas Tomo Aloysius. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement