Media lokal melaporkan, korban disergap lima orang yang membuat wajahnya berdarah, dan tubuhnya penuh memar dalam serangan brutal.
Tiga orang telah ditangkap setelah penyelidikan polisi, dengan tersangka utama dilaporkan mengatakan kepada petugas, bahwa merayakan Natal bukan bagian dari Muslim, dan gambar makanan korban membuatnya terkejut.
Darmanin mengecam serangan itu sebagai rasis. Kemudian mengklaim peristiwa itu sebagai contoh separatisme fundamentalis yang mengikis nilai-nilai tradisional Prancis.
Pada awal bulan ini, pemerintah Prancis meluncurkan undang-undang baru untuk melawan radikalisme Islam, yang akan melarang pemisahan gender di kolam renang dan mewajibkan sekolah sejak usia tiga tahun.
Proyek ini dipromosikan Presiden Prancis, Emmanuel Macron untuk membasmi apa yang dia sebut sebagai separatis yang merusak bangsa.
Disebutkan bahwa Prancis telah menderita banyak serangan teroris Islam. Ini termasuk pemenggalan kepala terhadap seorang guru pada Oktober lalu, yang telah menunjukkan kartun Nabi Islam di kelasnya.
Kemudian diikuti dengan serangan di dalam gereja terbesar di Nice yang menewaskan tiga orang.