Senin 14 Dec 2020 18:00 WIB

Investigasi Ungkap Alur ISIS Produksi Bom di Irak-Suriah

ISIS memproduki bom secara mandiri di luar Irak dan Suriah

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
ISIS memproduki bom secara mandiri di luar Irak dan Suriah  Gerakan ISIS (ilustrasi)
Foto:

Conflict Armament Research menugaskan penyelidik untuk melihat indikator spesifik dari kemungkinan pengadaan senjata ilegal dan memeriksa validitasnya. Dalam melakukan ini, mereka dipandu oleh serangkaian indikator yang memungkinkan. Jika ini mulai menumpuk, kemungkinan pengadaan ilegal meningkat.

Indikator terpenting antara lain, pertama ialah munculnya pelanggan yang sebelumnya tidak dikenal yang perusahaannya juga berlokasi di kawasan sensitif, seperti kawasan perbatasan antara Turki dan Suriah.

Kedua, pesanan yang sedikit atau tidak ada hubungannya dengan bisnis inti perusahaan. Ketiga, pembayaran faktur bukan oleh pelanggan tetapi oleh pihak ketiga. Keempat, metode transfer yang menyembunyikan identitas orang yang mentransfer uang. Kelima, rute yang tidak biasa untuk pengiriman materi.

Fakta bahwa ISIS mempertahankan jaringan pengadaannya di tanah Turki selama beberapa tahun tidaklah mengejutkan, kata Neumann. "Pada saat ISIS muncul, Ankara awalnya sama terkejutnya dengan dinamikanya seperti negara lain. Tetapi ISIS tidak menyerang target Turki, jadi pemerintah seakan membiarkan para jihadis melakukan apa yang mereka suka," ujarnya.

"Turki tidak menganggap ISIS sebagai musuhnya pada saat itu. Selain itu, ISIS sedang memerangi Kurdi, yang juga diperangi pemerintah di Ankara. Itulah tampaknya alasan lain untuk membiarkan ISIS melakukan apa yang mereka inginkan. Sikap ini baru berubah sekitar 2015, ketika ISIS menjadi semakin agresif dan kuat," tambah Neumann.

photo
Para militan ISIS (ilustrasi). - (AP)

Saat ini, sebagian besar jaringan telah dihancurkan dan ISIS terus berusaha mendapatkan senjata. Jassim Mohamad, seorang peneliti terorisme yang menjalankan European Center for Counterterrorism and Intelligence Studies, mengatakan kepada DW bahwa informasi dari pemerintah Irak menunjukkan bahwa organisasi tersebut sekarang hanya memiliki senjata ringan, tidak ada senjata menengah atau berat. "ISIS diyakini telah kehilangan jaringan dan sumber pendanaannya di seluruh dunia," kata dia.

Mohamad mengatakan koalisi internasional melawan ISIS dan tindakan yang diambil oleh banyak pemerintah untuk memerangi terorisme, membuat arus keuangan sekarang dikontrol dengan ketat. 

Selain itu, kata dia, pola pergerakan para terduga teroris juga terus dipantau. "Ini telah menyebabkan penurunan operasi ISIS di seluruh dunia," ucapnya.

Mohamad mengakui bahwa beberapa jaringan masih ada. Tetapi, katanya, di Irak ini terbatas pada struktur kriminal dan negara mengambil tindakan tegas terhadapnya. 

"Kemungkinan besar, ISIS tidak lagi memiliki teknologi canggih apa pun, termasuk senjata kimia atau biologi. Karena itu membutuhkan infrastruktur dan lingkungan yang stabil dan tidak ada itu," tutur dia.

Sumber: https://www.dw.com/en/study-shows-how-islamic-state-built-arsenal-in-middle-east/a-55910078

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement