REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom) MUI, KH Masduki Baidlowi mengatakan, sekitar 30 persen umat Islam di Indonesia tidak berafiliasi dengan ormas-ormas Islam. Namun, mereka dapat dirangkul dengan melakukan pemanfaatan teknologi digital.
Dia menjelaskan, dari persentase tersebut terbagi ke dalam dua ciri khas, pertama mereka yang semangat berislam tetapi menggunakan mesin pencarian Google atau dengan istilah sebutannya Ustaz Google. Kedua, mereka yang memiliki idola dari kalangan ustaz seleb, Masduki mengatakan, ada beberapa ustaz yang memang bagus keilmuannya. Namun tidak semua memiliki ilmu agama yang memadai.
"Kalau dia tidak dibimbing dengan baik, dia tidak akan menjadi muslim yang wasatiyyah," kata Masduki pada Ahad (13/12).
Masduki mengungkapkan, dengan prinsip wasatiyyah ini, paham keagamaan tidak akan merusak sistem negara. Juga sebaliknya, peran keagamaan tidak dirusak oleh sistem kenegaraan.
Dia mengatakan, bahayanya seorang Muslim belajar lewat Google yakni saat ini disebut ada peran keagamaan yang berfungsi merusak sistem kenegaraan. Sebagai contoh yakni dengan menyatakan NKRI sistem kafir. Hal ini dianggap bahaya jika diikuti oleh 30 persen dari mereka yang sebagian generasi milenial.
Masduki mengatakan, untuk itu dai perlu dilakukan penguatan kemampuannya dalam ranah teknologi digital, dengan upaya literasi media sosial secara luas.
"Dai harus menjadi subjek bukan objek. Mereka harus bisa bermain, bisa main Youtube, macem-macem medsos, mereka harus dilatih," kata Masduki.
Dia mengatakan, MUI sendiri memiliki program pelatihan untuk para dai tersebut. Pelatihan tersebut telah berjalan dari periode sebelumnya, dan akan berjalan hingga periode baru 2020-2025. Masduki mengatakan, program pelatihan ini bahkan akan lebih diutamakan.
Di samping itu, menurut Masduki, muslim perlu berafiliasi dengan ormas-ormas islam di Indonesia. Hal ini karena, melalui peran ormas tersebut lah muncul Islam Wasatiyyah di tanah air.
Namun Masduki menyayangkan, ormas islam saat ini tertinggal untuk memanfaatkan teknologi digital. Padahal hal ini penting untuk dilakukan, agar mereka tidak ditinggal oleh kalangan milenial.