REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Jumlah mualaf di Israel mengalami peningkatan drastis belakangan ini. Meski demikian, Organisasi Yahudi tak tinggal diam dan berupaya ‘menarik’ kembali para mualaf ke agama asal mereka.
Dilansir di Sputnik News, Kamis (10/12), pada 2017 ketika seorang wanita muda Yahudi dari Israel selatan Noy Shitrit masuk Islam dan menikah dengan seorang Arab-Israel, kisah itu mengejutkan banyak orang di negara tersebut.
Publik Israel biasanya tidak memandang pernikahan seperti itu secara positif. Alasannya adalah konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun, pertumpahan darah selama bertahun-tahun, dan hasutan bersama menjadi pemicu ketidakmungkinan hubungan antara keduanya.
Hal ini juga menjadi alasan mengapa masyarakat Israel berjuang memahami apa yang bisa mendorong seorang wanita Yahudi ke dalam pelukan ‘musuh’. Melalui sebuah organisasi bernama Lehava, Anat Gopstein dan suaminya mencoba membujuk para mualaf kembali ke agama Yahudi.
Mereka menghasut para mualaf untuk meninggalkan agama barunya itu karena Islam sering dianggap sebagai agama yang tidak ramah terhadap wanita. Padahal, tudingan itu jelas keliru dan salah besar.
Berdasarkan catatan Lehava, pada 2003 angka resmi menunjukkan hanya 40 orang Yahudi Israel yang masuk Islam. Tetapi, pada 2006 angka itu meningkat hampir dua kali lipat dengan negara yang mendaftarkan 70 kasus seperti itu.
Sejak saat itu, kecenderungan tersebut terus berkembang. Antara 2005 dan 2007, 250 orang Israel resmi masuk Islam, banyak dari mereka adalah wanita.