Kamis 03 Dec 2020 12:28 WIB

Ulama UEA tak Ikut Konferensi Pascafatwa Ikhwanul Muslimin

Fatwa soal Ikhwanul Muslimin pengaruhi sikap ulama UEA.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Ulama UEA tak Ikut Konferensi Pasca Fatwa Ikhwanul Muslimin. Foto: Logo ikhwanul muslimin
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
Ulama UEA tak Ikut Konferensi Pasca Fatwa Ikhwanul Muslimin. Foto: Logo ikhwanul muslimin

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI --- Ketua dewan fatwa Uni Emirat Arab, Syekh Abdallah bin Bayyah, tak akan lagi menghadiri konferensi Islam global setelah munculnya reaksi keras dari banyak ulama berkaitan dengan penargetan organisasi Muslim oleh negara-negara Teluk. Syekh Abdallah bin Bayyah adalah seorang ulama dan politisi Islam terkemuka.

Rencananya, ia dijadwalkan menjadi pembicara dalam konvensi tahunan Reviving the Islamic Spirit (RIS) pada 26-27 Desember mendatang. Biasanya, Abdallah bin Bayyah juga menjadi pembicara dalam sejumlah kegiatan di Toronto, Kanada.

Baca Juga

Namun, RIS mengumumkan bahwa Abdallah bin Bayyah tak akan mengikuti acara RIS. "Pembaruan program: Syekh Abdallah bin Bayyah tidak akan berpartisipasi dalam konferensi tahun ini. Kami berdoa agar konferensi virtual RIS yang pertama memberikan pengalaman yang menggembirakan," kata RIS dalam akun resmi Twitter-nya seperti dilansir The New Arab pada Kamis (3/12).

RIS tidak memberikan tanggapan apakah Abdallah bin Bayyah menarik diri dark konvensi itu atau karena undangan untuknya dibatalkan. Tetapi, pengumuman RIS itu hanya beberapa hari setelah UEA mengumumkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.

Langkah itu pun dikecam banyak organisasi dan pemimpin Muslim dunia. Menariknya pengumuman IM sebagai organisasi terlarang UAE itu dilakukan dalam pertemuan virtual yang dipimpin Abdullah bin Bayyah. Pengumuman dewan fatwa UEA itu hanya berselang beberapa bulan setelah keputusan yang sama diambil Arab Saudi untuk IM.

Tapi sebenarnya beberapa tahun lalu pada 2014 UEA juga telah memberi stempel Islamic Relief Worldwide yakni badan amal yang menyelenggarakan RIS sebagai organisasi teroris. Langkah seperti itu diikuti oleh Imam Khalid Latif, seorang imam Amerika terkemuka, dalam pengunduran dirinya dari konferensi RIS awal pekan ini.

"Selama beberapa tahun terakhir, ada banyak posisi berbahaya dari dewan yang berbasis di UEA yang menyebut pemimpin dan organisasi Muslim individu seperti ISNA, Islamic Relief, dan CAIR  terkait dengan terorisme, " kata Latif dalam sebuah posting Facebook.

"Fatwa terbaru yang dikeluarkan oleh Dewan UEA Syekh Bin Bayyah yang menganggap Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris hanya menambah agenda geopolitik yang sudah bermasalah," tambah Latif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement