Rabu 02 Dec 2020 16:36 WIB

Jejak Ekstremis Asal Libya dalam Aksi Terorisme di Inggris

Sejumlah aksi terorisme di Inggris dilakukan oknum Muslim asal Libya

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah aksi terorisme di Inggris dilakukan oknum Muslim asal Libya. ilustrasi terorisme
Foto:

Pengeboman Manchester Arena Mei 2017 memang tidak serta-merta muncul dari ruang hampa. Kelompok Islamis Libya Inggris, yang terkait dengan organisasi seperti Negara Islam, al-Qaeda, dan Kelompok Pertarungan Islam Libya (LIFG) anti-Gaddafi yang sebelumnya terlarang, telah tertanam di beberapa bagian kota Manchester.

Abedi bersaudara, di balik salah satu serangan teroris yang paling menghancurkan di tanah Inggris, dikondisikan dalam lingkungan Islamis ini. 

Memiliki latar belakang hubungan keluarga yang dekat dengan tokoh-tokoh ekstremis di komunitas mereka sendiri, mereka terus mengembangkan ikatan dengan fundamentalis lokal, bahkan Salman mengunjungi Abdalraouf Abdallah di dua penjara terpisah.

Masalah lslamis Libya di Inggris adalah contoh yang bagus tentang bagaimana altruisme itu telah merugikan. Tetapi ini juga memperlihatkan bagaimana pembentukan politik Inggris secara tradisional melebih-lebihkan keinginan orang-orang dalam konteks agama-politik untuk berintegrasi ke dalam masyarakat demokratis arus utama. 

Politik Inggris juga meremehkan kebutuhan akan kebijakan kohesi sosial yang kuat sebagai elemen penting dalam strategi kontra-ekstremisme. Hal ini bahkan menyebabkan beberapa orang menggambarkan Inggris sebagai 'mata rantai lemah' dalam jaringan kontra-ekstremisme Eropa. 

Itu semua menceritakan sebuah kisah tentang idealisme salah tempat yang terkandung dalam politik keragaman modern, yang gagal memahami dampak sosial yang berpotensi menghancurkan dari hasil integrasi yang lebih buruk di lingkungan dalam kota yang gagal di Inggris. 

Baik itu Bethnal Green di timur London, Sparkhill di dalam kota Birmingham atau Cheetham Hill di Manchester, Inggris Raya telah tidur di belakang kemudi. 

Maka pemerintah perlu menganggap keberadaan 'komunitas paralel' dan 'masyarakat tandingan' secara lebih serius. Sebab ini terkait kegagalan lingkungan yang ditandai adanya segregasi sosial, perampasan materi, dan aktivitas Islamis tingkat tinggi secara historis. 

photo
Setop Terorisme/ilustrasi - (news.yahoo.com)

Inggris harus mengadopsi pendekatan keras terhadap keamanan perbatasan. Seiring dengan pengutamaan kemampuan bahasa Inggris, sifat norma hukum, sosial, politik dan budaya di daerah asal asing harus mendapat perhatian serius dalam sistem imigrasi yang dirubah yang memiliki integrasi sebagai inti dari itu.

Bagian integral dari keamanan nasional pasca-Brexit haruslah sistem suaka yang direformasi secara signifikan yang memprioritaskan kohesi sosial dan keamanan publik dengan lebih baik. 

Hal ini harus menjadi prioritas kebijakan utama setelah serangan Reading Juni 2020, di mana pengungsi Libya Khairi Saadallah menikam tiga orang hingga tewas.

Inti dari multikulturalisme yang didukung negara, yang mempromosikan perbedaan budaya di atas kohesi sosial dan memprioritaskan hak minoritas atas tanggung jawab kolektif, tidak membantu Inggris dengan baik.

Untuk mendukung upayanya menciptakan masyarakat yang lebih percaya secara sosial dan stabil secara demokratis, pemerintah Inggris membutuhkan kerangka kerja imigrasi dan suaka yang berorientasi pada keamanan yang lebih memprioritaskan keselamatan kolektif Inggris. Ancaman yang ditimbulkan oleh Islamis Libya Inggris menunjukkan seberapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

 

Sumber: https://www.spiked-online.com/2020/12/01/britains-libyan-islamist-problem/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement