REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – China mengkritik Paus Fransiskus atas bagian dalam buku barunya di mana dia menyinggung soal penderitaan oleh kelompok minoritas Muslim Uighur China.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Zhao Lijian, mengatakan, pernyataan Paus tidak memiliki dasar faktual sama sekali.
"Orang-orang dari semua kelompok etnis menikmati hak penuh untuk bertahan hidup, berkembang, dan kebebasan berkeyakinan beragama," kata Zhao seperti dilansir di laman America Magazine, Rabu (25/11).
Zhao tidak menyebutkan kamp-kamp yang menjadi tempat lebih dari 1 juta orang Uighur dan anggota kelompok minoritas Muslim China lainnya ditahan. Pemerintah Amerika Serikat dan lainnya, bersama dengan kelompok hak asasi manusia, mengatakan fasilitas seperti penjara itu dimaksudkan untuk memisahkan Muslim dari agama dan warisan budaya mereka.
Selain itu juga memaksa mereka untuk menyatakan kesetiaan kepada Partai Komunis yang berkuasa di China dan pemimpinnya, Xi Jinping. China, yang awalnya menyangkal keberadaan fasilitas tersebut, sekarang mengatakan itu adalah pusat untuk memberikan pelatihan kerja dan mencegah terorisme dan ekstremisme agama secara sukarela.
Dalam buku barunya "Let Us Dream", yang akan terbit 1 Desember, Paus mencantumkan "orang Uighur yang malang" di antara contoh kelompok yang dianiaya karena iman mereka.
Paus Fransiskus menulis tentang perlunya melihat dunia dari pinggiran masyarakat lalu ke tempat-tempat dosa dan kesengsaraan, pengucilan dan penderitaan, penyakit, dan kesendirian.
"(Di tempat-tempat penderitaan seperti itu) saya sering memikirkan orang-orang yang teraniaya: Rohingya, Uighur yang malang, Yazidi, apa yang ISIS lakukan kepada mereka benar-benar kejam, atau orang Kristen di Mesir dan Pakistan dibunuh dengan bom yang meledak saat mereka berdoa di gereja," tulis Paus.
Paus telah menolak untuk memanggil China atas tindakan kerasnya terhadap minoritas agama, termasuk Katolik, yang membuat cemas pemerintahan Trump dan kelompok hak asasi manusia. Vatikan bulan lalu memperbarui perjanjian kontroversialnya dengan Beijing tentang pencalonan uskup Katolik.
Paus Fransiskus berhati-hati untuk tidak mengatakan atau melakukan apa pun yang menyinggung pemerintah China tentang masalah itu. China dan Vatikan tidak memiliki hubungan formal sejak Partai Komunis memutuskan hubungan dan menangkap agamawan Katolik segera setelah merebut kekuasaan pada 1949.
Sumber: https://www.americamagazine.org/politics-society/2020/11/24/china-pope-francis-uighur-muslim