Jumat 20 Nov 2020 15:29 WIB

Kemarahan Setelah Gadis Muslim India Dibakar Hidup-Hidup

Aktivis menyerukan keadilan bagi gadis Muslim India yang dibakar.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Kemarahan Setelah Gadis Muslim India Dibakar Hidup-Hidup. Ibunda Gulnaz Khatoon, Shaimuna Khatoon, meminta keadilan bagi putrinya yang dibakar hidup-hidup hingga meninggal oleh seorang pria Hindu. Dia melakukan protes dengan membawa jenazah putrinya. Gulnaz Khatoon adalah seorang gadis Muslim yang menolak ajakan menikah pria Hindu.
Foto:

Adik perempuan Khatoon, Gulshan Parveen mengatakan para pembunuh melarikan diri dari tempat kejadian segera setelah penduduk desa berkumpul karena mendengar teriakan. "Mereka menguntit dan melakukan pelecehan seksual terhadap saudara perempuan saya selama tiga-empat bulan terakhir dan menekannya untuk menikah dengan Satish Rai. Mereka membunuhnya karena dia menolak," katanya.

Ayah korban, Mukhtar, meninggal dunia pada 2017. Keluarga dari lima saudara perempuan dan empat saudara laki-laki bertahan hidup dengan gaji ibu Shaimuna Khatoon dan saudara laki-laki Istkar Ahmed.  Mereka bekerja di ibu kota provinsi Patna, di mana ibunya menjahit dan putranya menjual pakaian.

Keluarga korban telah mengadu kepada orang tua tersangka tentang pelecehan tersebut.  Tetapi mereka diduga tidak melakukan apa pun.

“Setelah pernikahannya ditolak, Satish Rai mulai mengganggunya dan menekannya untuk menikah dengannya. Namun, dia mengatakan kepadanya dia tidak bisa menikah dengannya. Marah atas penolakannya, dia mengancam akan membunuhnya,” kata Istkar, saudara laki-laki korban.

 

Video Khatoon menceritakan kisahnya

Beberapa video Khatoon telah menjadi viral, di mana dia menunjuk tersangka dan enceritakan kejadian tersebut secara rinci. Ada juga imbauan di Facebook untuk mencari bantuan dalam merawat korban. Setelah kematian Khatoon, keluarganya menggelar demonstrasi di alun-alun kota meminta hukuman bagi para pelakunya.

"Kami ingin keadilan. Sudah 17 hari tetapi hampir tidak ada kemajuan. Kami mengeluh tapi tidak dipertimbangkan. Kami tidak berdaya, kami tidak punya siapa-siapa untuk membantu kami," kata Shaimuna Khatoon, ibu korban. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement