Selasa 17 Nov 2020 21:00 WIB

Hadapi ‘Islamisme’, Kemana Akal Pencerahan Ala Eropa?  

Langkah Eropa justru dinilai semakin menyuburkan radikalisme

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Langkah Eropa justru dinilai semakin menyuburkan radikalisme. Ilustrasi demo anti -Islam oleh  PEGIDA (Patriotic Europeans against the Islamization of the West).
Foto:

Bila komunitas Muslim di Jerman merupakan liberal dan menolak semua kekerasan, maka ini menjadi kepentingan kedua. Para cendekiawan Islam serta sejumlah asosiasi dan organisasi Islam telah mencoba selama bertahun-tahun untuk memulai debat yang konstruktif tentang Islamisme.

Namun alih-alih mendengarkan mereka, politisi Jerman menggunakan kata-kata hampa dan hal-hal sepele atau menjilat partai politik sayap kanan. Karena itu, tidak mengherankan bahwa istilah seperti "Islam politik", "fundamentalisme", dan "jihadisme" digunakan secara salah secara bergantian.

Sebagian besar korban serangan Islam di seluruh dunia adalah Muslim. Perjuangan melawan Islamisme adalah perjuangan bersama oleh Muslim dan non-Muslim. Itulah mengapa sangat penting bahwa kedua belah pihak saling berbicara dan mendekati satu sama lain.

Jika karena frustrasi, mayoritas Muslim liberal tidak lagi bersuara, siapa yang akan mengambil alih? Ini adalah bagian dari pusat masyarakat yang darinya kaum Islamis menarik kekuatan mereka dan yang mendorong kaum muda ke tangan mereka. 

Ini memang analisis yang disederhanakan, ada beberapa alasan berbeda mengapa Islamisme masih memiliki daya tarik yang kuat di Eropa dan meradikalisasi terutama kaum muda.

photo
Sekelompok wanita berunjuk rasa di Prancis menuntut dihentikannya Islamofobia. Sekjen PBB Antonio Guterres menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya Islamofobia. Ilustrasi. - (Christophe Petit/EPA)

Namun, fakta bahwa seseorang mengenakan jilbab atau berjenggot, tidak ingin mengikuti pelajaran renang, atau telah disunat, jelas bukan salah satu alasan tersebut. 

Bagaimana juga bisa dijelaskan secara logis bahwa pemerintah Eropa secara resmi menyatakan perang terhadap Islamis tetapi secara bersamaan memasok senjata ke rezim Islam dan terlibat dalam perdagangan dengan mereka? Kemana prinsip-prinsip Pencerahan dan akal Eropa tiba-tiba hilang?

Jika kita benar-benar ingin menghadapi lslamisme, kita harus bertemu umat Islam dengan pijakan yang sama daripada hanya mengibaskan jari telunjuk kita di depan wajah mereka. 

Ironisnya, jari itu adalah simbol kesatuan Tuhan dalam Islam. Dan lebih jauh lagi, mereka yang secara permanen mengarahkan jari telunjuk mereka ke orang lain, jelas menunjukkan tiga jari yang tersisa pada diri mereka sendiri.

 

Sumber:  https://en.qantara.de/content/radicalisation-debate-the-exclusion-of-european-muslims-nurtures-islamists

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement