REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Tak hanya manusia, rasa takut pun pernah mendera malaikat Jibril. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah riwayat.
Riwayat tersebut (sekalipun dhaif), yang diambil dari riwayat Ibnu Rajab al-Hanbali dari Abdullah bin Umar RA, ringkasnya berikut ini:
جاء جبريل إلى النبي صلى الله عليه وسلم في غير حينه الذي كان يأتيه فيه فقال النبي صلى الله عليه وسلم : يا جبريل مالي أراك متغير اللون؟ قال : ما جئتك حتى أمر الله بمنافيخ النار ، قال : يا جبريل صف لي النار وانعت لي جهنم ، فذكر الحديث ثم قال : فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : حسبي يا جبريل لا ينصدع قلبي فأموت قال : فنظر رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى جبريل وهو يبكي ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تبكي يا جبريل وأنت من الله بالمكان الذي أنت فيه ؟ فقال : وما لي لا أبكي ، أنا أحق بالبكاء لعلي أن أكون في علم الله على غير الحال التي أنا عليها ، وما أدري لعلي أبتلى بما ابتلي به إبليس ، فقد كان مع الملائكة ، وما أدري لعلي أبتلى بما ابتلي به هاروت وماروت ، قال : فبكى رسول الله صلى الله عليه وسلم وبكى جبريل عليه السلام ، فما زالا يبكيان حتى نوديا يا محمد ويا جبريل إن الله عز وجل قد أمنكما أن تعصياه
Di antaranya suatu ketika, Jibril menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan kabar kedahsyatan neraka yang hitam pekat, nyala apinya tak dapat dipadamkan, serta begitu buruk muka penjaga neraka Jahannam. Ia pun menangis setelah Rasulullah berkata, "Cukup! Agar hatiku tidak gemetar yang dapat mengakibatkan kematianku."
Jibril takut, bisa jadi, Allah yang Mahamengetahui akan memberikan kedudukan yang berbeda kelak di hari akhir atau mengujinya sebagaimana Allah menguji iblis. Mendengar hal itu, keduanya pun sama-sama menangis hingga Allah SWT mengutus malaikat untuk menyampaikan bahwa Allah menjamin keduanya dari segala macam pekerjaan atau perbuatan yang dapat mendurhakai-Nya.
Terlebih, Rasulullah SAW, meski sudah mendapatkan jaminan dari Allah dari segala perbuatan-perbuatan dosa yang dapat menda tangkan murka-Nya, ia tak lantas merasa sombong dan pongah. Bahkan, beliau SAW terus memelihara rasa takutnya kepada Allah, tawadhu, dan bersyukur. Hingga, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut terhadap Allah SWT."
Diriwayatkan, saat Rasul mendengar seseorang berkata terhadap seorang anak yang telah meninggal, "Selamat wahai anak kecil. Engkau bersama burung dari burung-burung di surga." Seketika, Rasul SAW marah dan berkata, "Apakah engkau tahu bahwa akan terjadi seperti itu? Demi Allah, sesunguhnya aku utusan Allah dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi bagiku kelak di hari kiamat. Allah menciptakan surga dan menciptakan penghuninya yang tidak akan bertambah serta tidak berkurang."
Demikianlah rasa takut yang Rasulullah SAW perlihatkan kepada kita, yakni rasa takut hanya kepada Allah SWT—takut atas murka dan tidak mendapatkan ridha-Nya, bukan takut terhadap kekuatan selain kekuatan Allah berupa setan, mistis, santet, atau ilmu hitam lainnya. Na'udzubillah.
Takut kepada Allah bukan lantas menjauh dan menghindar, melainkan terus berusaha mendekat dan menggapai ridha-Nya. Takut kepada Allah muncul dari pengetahuan akan sifat dan keagungan-Nya, sehingga kita terus merasa kecil dan lemah di hadapan Allah SWT. Allah berfirman dalam Alquran:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ "Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama (yang mengetahui kebesaran Allah SWT)." (QS Fatir [35]: 28)