Jumat 06 Nov 2020 05:17 WIB

Sosok Muslim Jadi Pahlawan Penyelamat Saat Serangan Wina

Ketiga Muslim menyelamatkan polisi yang terluka saat penembakan di Wina.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Sosok Muslim Jadi Pahlawan Penyelamat Saat Serangan Wina. Petugas polisi tetap pada posisi di tangga bernama Theodor Herzl Stiege di dekat sinagoga setelah terdengar suara tembakan, di Wina, Senin, 2 November 2020. Polisi Austria mengatakan beberapa orang terluka dan petugas sedang keluar setelah tembakan di ibukota Wina. Laporan awal bahwa sinagoga menjadi sasaran serangan tidak dapat segera dikonfirmasi. Kantor berita Austria APA mengutip Kementerian Dalam Negeri negara itu yang mengatakan satu penyerang telah terbunuh dan lainnya mungkin dalam pelarian.
Foto:

 

Sementara itu, satu gambar dari 2016 menunjukkan salah satu dari mereka melakukan apa yang disebut salam serigala dengan tangan mereka. Yuksek mengatakan di klub MMA mereka, mereka bertarung dalam tim serigala, dan itulah mengapa mereka membuat tanda demikian.

"Mereka menyesali unggahan mereka di masa lalu. Tapi tidak bisa diterima jika menjatuhkan orang-orang muda yang sangat berani ini," ujarnya.

Setelah penyerangan, Komunitas Agama Islam di Austria (IGGO), yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan urusan agama umat Islam yang tinggal di Austria, telah menyatakan solidaritasnya kepada para korban.

"Pelaku tidak berasal dari komunitas langsung agama kami," kata presiden IGGO, Umit Vural.

Juru bicara komunitas itu, Valerie Mussa, mengatakan mereka terkejut ketika mendengar perihal kasus itu. Dia khawatir komunitas Muslim akan dihakimi secara kolektif.

photo
Sebuah jejak kaki terlihat pada peralatan medis setelah beberapa kali penembakan di distrik pertama Wina, Austria, 03 November 2020. Menurut laporan terbaru, setidaknya tiga orang dilaporkan tewas dan banyak yang terluka parah dalam apa yang oleh pejabat dianggap sebagai serangan teror. yang berlangsung pada malam tanggal 2 November. - (EPA-EFE/CHRISTIAN BRUNA)

 

Ia mengaku mendapat laporan pertama tentang coretan di dinding yang bersifat ofensif di masjid-masjid dan fasadnya. Ia juga mendapat laporan pertama tentang serangan rasis, penghinaan di jalan-jalan, terutama terhadap wanita Muslim yang terlihat mengenakan jilbab.

"Kami telah menerima surat kebencian pertama di sini. Di komunitas kami, ada anak muda yang lahir di sini, tetapi mereka tidak merasa sebagai bagian dari masyarakat. Anak-anak muda ini membutuhkan prospek dan pendidikan. Dan mereka perlu dibaurkan ke tengah masyarakat. Ketika mereka berada di tengah-tengah masyarakat, masyarakat tidak dapat terpecah," kata Mussa.

Hosna sendiri, yang merupakan manajer muda McDonald's, mengatakan dia sebelumnya pernah menjadi korban islamofobia. Setelah bertahun-tahun tinggal di Wina, keluarganya yang berasal dari Palestina ingin membeli rumah di kotamadya Weikendorf. Tetapi rencana mereka tidak berhasil.

Pemerintah kota mengatakan tidak tertarik pada keluarga pindahan. Mereka mengatakan, Muslim tidak akan cocok dengan Weikendorf.

Kasus ini kemudian dibawa ke pengadilan tertinggi. Akhirnya, keluarga Hosna menang. Hari ini, dia berharap orang-orang berpikiran lebih terbuka. 

 

https://www.aljazeera.com/news/2020/11/4/heroes

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement