REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang yang lalai dengan orang yang berakal sesungguhnya memiliki perbedaan yang tampak terlihat.
Imam sufi Ibnu Athaillah as-Sakandary pun menjabarkannya dalam kitab Al-Hikam. Ibnu Athaillah berkata dalam nasihat ke-114 dalam kitabnya itu:
الغافِلُ إذا أَصْبَحَ يَنْظُرُ ماذا يَفْعَلُ، وَالعاقِلُ يَنْظُرُ ماذا يَفْعَلُ اللهُ بِهِ
“Al-ghaafilu idza ashbaha nazhara fii maadza yaf’alu, wal-aaqilu yanzhuru maadza yaf’alullaahubihi.”
Yang artinya: “Orang lalai terbiasa memulai harinya dengan pikiran apa yang mesti ia kerjakan, sementara orang berakal memulai harinya dengan merenungkan apa yang hendak Allah lakukan kepada-Nya,”.
Dijelaskan, orang lalai jika di pagi hari akan menisbahkan semua amalnya kepada dirinya sendiri. Lumrahnya ia akan berkata dan bertanya-tanya mengenai apa yang akan ia lakukan hari ini.
Di sisi lain, orang yang berakal ketika bangun pagi maka ia tidak lalai dari tauhid. Ia tidak lupa bahwa segala sesuatu terjadi dengan ketentuan dan takdir Allah. Ia juga menisbahkan semua amalnya hanya kepada Allah SWT.
Umumnya di pagi hari, orang-orang berakal akan mengawali harinya dengan berkata-kata dan bertanya tentang apa yang hendak dilakukan Allah pada hidupnya di hari ini.