REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Organisasi Muslim di Australia mengutuk serangan yang menewaskan tiga orang yang tengah beribadah di sebuah gereja di Nice, Prancis, Kamis (30/10). Federasi Dewan Islam Australia (AFIC) juga merilis pernyataan yang mengutuk segala bentuk kekerasan, khususnya di tempat ibadah.
"AFIC berdoa untuk korban yang terbunuh di dalam gereja mereka dan mengirimkan belasungkawa yang tulus kepada keluarga mereka. AFIC sangat kecewa dengan retorika politik dan media yang menyalahkan kekerasan ini pada agama, dan memutarbalikkan bahkan mengaitkannya dengan kartun ofensif Charlie Hebdo," bunyi pernyataan itu yang dikutip di SBS, Jumat (30/10).
Mereka juga mengkritik politikus yang mendalangi perpecahan di Prancis. "Politik tidak mau tahu hanya berhasil ketika warga setuju diperlakukan seperti domba untuk digiring oleh anjing pengembara," katanya.
Forum Hubungan Islam Australia juga merilis pernyataan yang mengutuk serangan yang sangat mengganggu tersebut. “Sementara banyak Muslim telah terpolarisasi oleh keputusan Presiden Macron untuk terus mendukung penggambaran kartun yang mencela Nabi Muhammad, serangan mengerikan ini tidak dapat dibenarkan dalam Islam dan bertentangan dengan ajaran Islam,” kata Direktur FAIR Kuranda Seyit.
“Tidak peduli seberapa marah perasaan Anda tentang kartun, tidak masalah jika Anda merasa agama Anda dan nabi Anda telah dihina, sebagai Muslim kita harus selalu menggunakan non-kekerasan untuk menyelesaikan perbedaan kita dan menjadi kuat dalam menghadapi kesulitan," kata dia.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga mengutuk serangan yang dia sebut sebagai tindakan barbarisme. Serangan yang mengerikan dan memalukan dan menjijikkan yang terjadi di Prancis ini telah dilihat secara luas dan dilaporkan secara luas.
"Itu hanya tindakan barbarisme yang paling kejam dan pengecut dan kejam oleh teroris dan harus dikutuk dengan cara sekuat mungkin," katanya, Jumat.
Sumber: https://www.sbs.com.au/news/australian-muslim-groups-condemn-nice-attack-call-for-social-harmony