REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN --1400 tahun telah berlalu sejak pesan wahyu disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Pesan itu menyampaikan belas kasihan dan persahabatan di antara umat manusia dan membawa topik tertinggi dan terindah.
Dalam sejarah, Kenaikan Nabi Muhammad SAW ke kenabian terjadi saat dunia menghadapi ketidaktahuan dan kebiadaban. Saat ini, dunia menyaksikan ketidaktahuan modern pada awal abad ke-21, yang telah menggantikan ketidaktahuan pada zaman itu.
"Setelah kecaman global, kita seharusnya menyaksikan pencegahan penerbitan ulang kartun berisi hujatan yang menghina Nabi Muhammad di Prancis, tetapi penerapan standar ganda menyebabkan pemikiran politeistik dan antiagama ini ditembus dan dipromosikan dalam sistem pendidikan negara ini," kata Politikus Iran, Velayati, dilansir di Islamic Republic News Agency, Senin (26/10).
Ekstremisme dan penodaan atas Rasul adalah dua sisi dari mata uang yang sama, yang digunakan oleh Zionisme internasional. Ia menyebut tindakan ini sebagai kesombongan global terhadap Islam sejati.
Pembela hak asasi manusia semu disebut melakukan tindakan yang paling menghina, kejahatan demi kejahatan terjadi atas nama kebebasan berekspresi. Sementara dalam menghadapi oposisi dan kritik sekecil apapun, mereka menerapkan hukuman dan sikap paling keras.
Lebih lanjut, Velayati menyebut dosa besar dan tak termaafkan diamanatkan kepada pendukung aksi-aksi ini. Mereka berdalih dalam kedok kebebasan berekspresi dan modernitas.
Di balik kedok itu, mereka membenarkan dan mendorong para penghina. Tindakan tersebut, dipastikan akan mendapat tanggapan dari umat Islam dan para pencari kebebasan dan keadilan di seluruh dunia.
Sementara itu, Majelis Kebangkitan Islam Dunia mengutuk kejahatan dan penghinaan besar itu. Mereka juga menyerukan semua Muslim untuk menggagalkan konspirasi anti-Islam ini.
Sumber:
https://en.irna.ir/news/84087995/Velayati-condemns-insulting-Prophet-of-Islam-PBUH