Jumat 09 Oct 2020 20:10 WIB

Macron 'Serang' Islam, Kedok Kegagalan dan Ambisi Politik?

Serangan Emmanuel Macron ke Islam dinilai sarat muatan politik.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Serangan Presiden Prancis Emmanuel Macron.  ke Islam dinilai sarat muatan politik.
Foto:

 

photo
Muslim Prancis protes dengan diskriminasi dan Islamofobia - (actofamerika.wordpres.com)

Terungkapnya rahasia kelam ini, memberikan pukulan pada citra Macron sebagai 'pencetus perubahan' yang dipupuknya dengan cermat, dan setiap pernyataan yang dia buat, tentang mengakui sejarah negatif kolonial Prancis, menjadi terdengar seperti omong kosong.

Keputusan Macron untuk meningkatkan pemantauan masjid, mengakhiri impor imam dari luar negeri dan memeriksa anggaran masjid, semakin meragukan 'bebasnya' Prancis dari rasisme yang telah mengakar selama ratusan tahun.

Upaya deislamisasi yang berkedok pelatihan dan sosialisasi 'Islam modern' bagi para imam juga telah menjadi hal normal. Prancis telah mengadopsi metode ini selama kolonisasi Aljazair, tidak hanya dalam lingkup agama, tetapi juga di antara komunitas di mana ia akan memilih dan "mendidik" minoritas kecil Aljazair yang akan dikenal sebagai les evolues (yang berevolusi). 

"Melalui metode ini, mereka diharapkan dapat mengadopsi dan mencintai nilai-nilai republik Prancis, kemudian pergi keluar untuk meyakinkan seluruh rakyat Aljazair agar tidak mencari pembebasan," ujar Bouattia.

Misi 'peradaban' ini terus berlanjut, dimana Muslim harus terus dididik, bahkan tentang bagaimana menjalankan agama mereka sendiri. Misi ini juga berfungsi untuk 'mengubah' 5,7 juta Muslim Prancis melalui kebijakannya.  

"Muslim akan terpinggirkan secara sosial ekonomi, didiskriminasi dalam pendidikan atau pekerjaan, dan 'penggencetan' Muslim ini hanya untuk kepentingan politiknya menyambut Pilkada," tegas Bouattia.

Di sisi lain, rakyat Prancis menuntut pemerintahan yang lebih baik, dengan berdemokrasi dan meneriakkan pendapat serta perasaan mereka yang bertentangan dengan kebijakan Macron. Mungkin Macron sekali lagi dibutakan oleh keangkuhannya dan terbawa oleh upaya membangun citranya sendiri, kata Bouattia.

"Bukan Islam yang sedang krisis. Itu adalah Macron, pemerintahannya, dan sistem yang mereka coba pertahankan. Pemilu 2022 menghadirkan peluang nyata untuk memasukkan mereka ke tong sampah sejarah," tulis Bouattia. 

Sumber: https://www.middleeasteye.net/opinion/it-not-islam-crisis-it-macron-and-his-government  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement