Ayah Fatima Hussein bekerja di Brasil sebagai bagian dari misi pertanian dengan bantuan dari pemerintah Yordania. Dia berasal dari desa Yalu, yang diduduki oleh Israel selama Perang Enam Hari 1967.
Semua penduduk desa terusir dan desa dihancurkan. Ketika itu terjadi, saudara laki-lakinya mencari perlindungan di Brasil dan bergabung dengan ayah mereka.
"Saya lahir di Tubarao, sebuah kota di Negara Bagian Santa Catarina di Brasil, tempat saya tinggal sepanjang masa kecil saya. Di masa remaja, saya pindah ke ibu kota negara bagian, Florianopolis, bersama orang tua saya," ujar Fatima.
Fatima belajar kedokteran gigi di Universitas Federal Santa Catarina dan meraih gelar masternya di sana. Sejak 2000, dia bekerja di klinik gigi pribadinya.
"Saya percaya senyuman adalah alat ekspresi kita yang paling penting, dan kejahatan terburuk adalah mencuri senyuman seseorang. Kita bisa bahagia jika kita membuat orang lain bahagia," katanya.
Merupakan takdir setiap orang Palestina untuk membawa tanah airnya bersama mereka dalam diaspora. Fatima Hussein tidak terkecuali. Sebagai putri imigran, dia belajar sukses di tempat yang bukan miliknya adalah salah satu tantangan terbesar dalam hidup.
"Saya tahu persis apa itu mengatasi semua rintangan dan menang ketika hidup memberi saya hanya satu pilihan," kata dia.