Kamis 08 Oct 2020 17:43 WIB

Mereka Terpisah Dampak Larangan Muslim Masuk Amerika Serikat

Umat Islam berjuang melawan larangan masuk Amerika Serikat.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Umat Islam berjuang melawan larangan masuk Amerika Serikat. Ilustrasi Amerika Serikat
Foto:

photo
Rosalie Gurna (9) ikut berunjuk rasa menolak kebijakan Trump yang melarang pendatang muslim ke Amerika di Bandara Internasional Los Angeles - (Eugene Garcia)

  

Banyak orang lain yang menderita karena perpisahan keluarga karena adanya larangan ini. Pemegang kartu Penduduk Permanen asal Iran, Shaghyegh Ansari (31) pindah ke AS pada 2013 dengan visa pelajar untuk mengejar gelar master di bidang arsitektur di Universitas Arizona. 

"Datang ke Amerika Serikat adalah impian bagi saya dan orang tua saya, saya berharap suatu saat bisa membawa ayah saya untuk tinggal di sini," kata Ansari.  

Menurut Ansari, ayahnya percaya bahwa Amerika Serikat merupakan negeri impian. "Kita dapat mencapai hal-hal yang tidak dapat kita capai di Iran jika kita menjadi warga negara yang baik," katanya.  

Dengan adanya larangan tersebut, Ansari tidak dapat membawa ayahnya untuk tinggal bersamanya, seperti yang diinginkannya. Pada 2017, ayahnya didiagnosis menderita kanker otak stadium empat, dan meninggal 15 bulan kemudian.  

"Saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengannya dan ini adalah sesuatu yang selalu saya pikirkan," ucap Ansari.  

Ansari kini bekerja sebagai arsitek di Tucson, Arizona. Ansari juga merindukan kehadiran keluarganya ketika dirinya menikah, dan dia tidak dapat mengumpulkan keluarganya dengan keluarga suaminya di Amerika Serikat. 

Adapun salah satu cara untuk menghindari larangan tersebut adalah dengan mengajukan pengabaian larangan perjalanan, yang dikeluarkan berdasarkan kriteria tertentu. 

Pemohon perlu menunjukkan apakah menolak masuk akan menyebabkan kesulitan yang tidak semestinya, tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat, dan entri tersebut untuk kepentingan nasional. 

Menurut data Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, pada Juli, 64.286 aplikasi imigran dan non-imigran dipertimbangkan untuk pengabaian. Akan tetapi hanya 35 persen yang disetujui. Ketika ditanya apa alasan umum penolakan pelarangan, Departemen Luar Negeri tidak memberikan komentar.  

Sebelumnya larangan perjalanan pertama kali dikeluarkan Trump selama pekan pertamanya menjabat pada Januari 2017. Dia melarang hampir semua imigran dan pelancong dari tujuh negara mayoritas Muslim. Hal ini lantas menuai kecaman dan kekacauan di bandara-bandara di seluruh Amerika Serikat.

 

Sumber: https://patch.com/new-york/new-york-city/muslim-families-continue-struggle-due-travel-ban

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement