REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Jika para pemimpin dunia Islam masih percaya pada ‘logika kertas’, maka Zionis Yahudi justru hanya percaya kepada logika kekerasan.
Pada 29 April 2003, saat peringatan Holocaust, Ariel Sharon dengan mengenakan peci khas Yahudi (kipa) Sharon menegaskan, bahwa hanya kekuatan (strength) yang dapat menyelamatkan bangsa Yahudi. Karena itu, ia tidak terlalu percaya pada penggunaan cara-cara yang dinilainya menunjukkan kelemahan, seperti diplomasi, perundingan, dan sejenisnya.
Logika kekuatan ini memang banyak dianut para tokoh Zionis. Salah satunya, Vladimir Jabotins ky Gideon Shimony, penulis buku The Zionist Ideology (1995) menyebut Jabotinsky seorang Zioinis yang brilian, orator ulung, yang tumbuh di komunitas Yahudi Rusia.
Teori-teorinya banyak diaplikasikan dalam gerakan Zionisme, terutama dalam penggunaan kekuatan dan segala cara yang memungkinkan untuk mewujudkan impian Zionis, termasuk penggunaan kekerasan.
Ralph Schoenman, dalam bukunya The Hidden Agenda of Zionism, juga banyak mengungkap pemikiran Jabotinsky dalam mewujudkan impian Zionis. Bahkan, kaum Zionis tidak tabu untuk bekerja sama dengan Nazi Jerman, kaum pembantai Yahudi sendiri. Fakta-fakta kerja sama Nazi Jerman dengan gerakan Zionis untuk menggiring orang Yahudi ke Palestina juga diungkap sejawaran Inggris, Faris Glubb, melalui bukunya, Zionist Relations with Nazi Germany (1979).
Sebagian Zionis juga bisa mencari legitimasi penggunaan kekerasan pada sejarah nenek moyang mereka sebagaimana tertulis dalam Bibel: ‘’Bersoraklah, sebab Tuhan telah menyerahkan kota ini kepadamu. Dan kota itu dengan segala isinya akan dikhususkan bagi Tuhan untuk dimusnahkan.’‘ (Yosua, 6:16-17). Hanya seorang pelacur dan seisi rumahnya yang diselamatkan. (Yosua 6:17).
Melihat track record perilaku kaum Yahudi Zionis selama ini, sebenarnya, pembantaian ribuan warga Palestina di Gaza saat ini memang tidak aneh. Zionis Yahudi memang haus darah. Mereka belum puas mencaplok wilayah Palestina, membunuh dan mengusir jutaan penduduknya. Kini, mereka mengerahkan anjing-anjing buas untuk memakan jenazah anak-anak Palestina! Karena itu, kita benar-benar terbelalak, ada saja beberapa gelintir manusia di Indonesia yang masih menaruh simpati kepada Israel dan mencerca Hamas.
*Naskah cuplikan dari artikel Dr Adian Husaini yang tayang di Harian Republika, 2009.