REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah SWT berkuasa untuk mencabut jabatan, kekuasaan, dan singgasana seseorang. Maka tak satupun umat manusia pantas menyombongkan diri dengan kekuasaannya.
Hal ini ditegaskan dalam surat Ali Imran ayat ke-26:
قُلِ اللهم مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Qulillāhumma mālikal-mulki tu`til-mulka man tasyā`u wa tanzi\'ul-mulka mim man tasyā`u wa tu\'izzu man tasyā`u wa tużillu man tasyā`, biyadikal-khaīr, innaka \'alā kulli syai`ing qadīr
"Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Dalam Tafsir Kementerian Agama RI yang dilansir dari laman resminya dijelaskan pada ayat tersebut Allah menyuruh nabi untuk menyatakan Allah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan Mahabijaksana dengan tindakan-Nya.
Dalam menyusun, mengurus, merampungkan segala perkara, dan menegakkan neraca undang-undang di alam ini. Maka Allah yang memberikan urusan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
Ada kalanya Allah memberikan kekuasaan itu bersamaan dengan pangkat kenabian seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya hanya memberikan kekuasaan memerintah saja menurut hukum kemasyarakatan yaitu dengan mengatur kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa.
Selain itu, Allah juga yang mencabut kekuasaan dari orang-orang yang Dia kehendaki. Yang disebabkan mereka berpaling dari jalan yang lurus, yaitu jalan yang dapat memelihara kekuasaan karena meninggalkan keadilan dan berlaku curang dalam pemerintahan. Hal itu telah berlaku terhadap Bani Israil dan bangsa lain disebabkan kezaliman dan kerusakan budi mereka. Allah juga memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia kehendaki.
Orang yang diberi kekuasaan ialah orang yang didengar tutur katanya, banyak penolongnya, mempengaruhi jiwa manusia dengan wibawa dan ilmunya, mempunyai keluasan rezeki dan berbuat baik kepada segenap manusia.
Adapun orang yang mendapat kehinaan, ialah orang yang rendah akhlaknya, merasa lemah semangat membela kehormatan, tidak mampu mengusir musuhnya yang menyerbu dan tidak mampu mempersatukan pengikutnya.
Padahal tidak ada satu kemuliaan pun dapat dicapai tanpa persatuan untuk menegakkan kebenaran dan menentang kezaliman. Apabila masyarakat telah bersatu dan berjalan menurut sunnatullah, berarti mereka telah menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi segala kemungkinan. Banyak sedikitnya bilangan suatu umat tidaklah menjamin untuk dapat mewujudkan kekuasaan dan menghimpun kekuatan. Seperti orang musyrik Makkah, orang Yahudi, dan orang munafik Arab telah tertipu banyaknya pengikut dibanding dengan pengikut Rasulullah SAW. Padahal itu tidak mendatangkan faedah sedikit pun bagi mereka.
Tafsir lain yang dilansir dari tafsirweb.com dari Al-Muyassar atau Kementerian Agama Arab Saudi dalam ayat tersebut dijelaskan Allah SWT menunjukkan kepada Rasulullah dan orang-orang beriman cara berdoa dan mengagungkan-Nya, kemudian mereka bermunajat.
“Ya Allah, Wahai pemilik segala kekuasaan, Engkau mengaruniakan kekuasaan dan harta kepada hamba-Mu yang Engkau hendaki dan Engkau yang mengambilnya, Engkau mengangkat dan menurunkan derajat hamba-Mu yang Engkau hendaki. Di tangan-Mu semata segala kebaikan, Engkau mampu melakukan segalanya, tidak ada selain-Mu yang mampu melakukannya. Engkau mengurangi waktu malam dengan memanjangkan waktu siang, dan mengurangi waktu siang dengan memanjangkan waktu malam. Engkau mengeluarkan makhluk hidup dari sesuatu yang mati seperti mengeluarkan tanaman hijau dari biji yang kering, dan Engkau mengeluarkan sesuatu yang mati dari makhluk hidup seperti mengeluarkan biji yang kering dari tanaman hijau. Dan Engkau mengaruniakan harta yang tak terhingga kepada yang Engkau kehendaki.”