REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai pelopor inovasi wakaf di Indonesia, Badan Wakaf Al-Qur'an (BWA) terus-menerus melakukan terobosan di bidang wakaf agar dapat menyelesaikan permasalahan umat dengan solusi yang menggunakan kekuatan umat, “Dari Umat Untuk Umat”.
“Karena memang demikian hakikat wakaf, harta yang ditahan demi kepentingan umat dan pahalanya pun akan terus mengalir abadi meski wakif sudah meninggal dunia hingga hari kiamat nanti,” kata COO/Founder Badan Wakaf Al-Qur'an (BWA), Ustadz M Ichsan Salam.
Ia mengemukakan hal tersebut pada talk show online bertajuk Wakaf Produkti Ecowakaf Cireunghas, Kamis (1/10). Talkshow online itu juga menghadirkan nara sumber lainnya, yakni Dr Misbahul Huda dai Gerakan Wakaf Indonesia (GWI), dan Ivan Selairy (praktisi pertanian minyak atsiri). Diskusi dipandu oleh host dari BWA, Mufrodi.
Ustadz Ichsan menambahkan, saat ini pemahaman muslim di Indonesia secara umum mengenai penggunaan harta wakaf terbatas pada pemanfaatan tanah untuk masjid, makam dan sekolah. “Padahal harta wakaf dapat diberdayakan lebih luas lagi demi kepentingan umat,” ujarnya.
Ia lalu menyebutkan contoh yang dilakukan oleh sahabat Rasullulah Umar bin Khattab RA yang mewakafkan kebun kurmanya di Khaibar dan hasil dari kebun tersebut dipergunakan untuk umat Islam saat itu.
Teladan lain datang dari Utsman bin Affan RA. “Bermula dari wakaf sumur Raumah sebagai sumber air di Madinah, berkembang menjadi wakaf kebun kurma, wakaf property yang dikelola pemerintah Arab Saudi, hasilnya dapat dimanfaatkan umat sampai hari ini, bahkan setelah lebih dari 1.000 tahun,” paparnya.
Demi mewujudkan wakaf sebagai solusi untuk umat, kata Ustadz Ichsan, BWA meluncurkan wakaf produktif Eco Wakaf Cireunghas di desa Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Program itu mencakup serangkaian acara yang dimulai pada tanggal 19 September 2020, dimulai dari panen perdana sereh wangi dan dilanjutkan dengan talk show online hari ini.
Dalam, talk show yang bertajuk “Mengubah Jadi Bermakna”, Ustadz Ichsan mengatakan, “Insya Allah wakaf produktif ini menjadi yang pertama di Indonesia dan menjadi awal berkembangnya wakaf wakaf produktif lainnya. semoga ini dapat menjadi solusi dan memberikan manfaat untuk umat, khususnya bagi pemberdayaan ekonomi dan pendidikan umat.”
Di lahan seluas 13 ha yang berlokasi di Desa Cireunghas, BWA sudah menanam sereh wangi/ minyak atsiri dan sudah mulai produktif. “Kami mengajak wakif untuk terlibat dalam pengembangan wakaf produktif ini agar banyak umat yang terbantu khususnya dalam hal pembangunan manusia yang berkualitas melalui pendidikan berkualitas,” ujar Ustadz Ichsan Salam.
Dr Misbahul Huda mengatakan akar kekalahan umat disebabkan lemahnya ekonomi dan kesejahteraan umat. Menurutnya, permasalahan ini bisa diselesaikan dengan wakaf. “Efektivitas wakaf sebagai solusi persoalan umat terbukti sejak zaman nabi. Wakaf terbukti menjadi instrumen yang mampu menyejahterakan dan memartabatkan umat. Tugas kita memberdayagunakan wakaf,” jelasnya.
Dari sisi teknis, Ivan Selairy berbicara mengenai peluang minyak atsiri dan kiat kiat agar berhasil dalam pengelolaan kebun atsiri ini. “Peluang bisnis minyak atsiri luar biasa. Karena itu, Ecowakaf Cireunghas ini perlu dikembangkan dengan sebaik mungkin,” tuturnya.