REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Saling tembak antara Armenia dan Azerbaijan diikuti aksi saling tuduh kedua pihak. Tuduhan terjadi karena tembakan yang terjadi pada Selasa (29/9), jauh dari zona konflik Nagorno-Karabakh.
Dalam konflik itu, puluhan orang dilaporkan meninggal, selain ratusan lainnya yang luka-luka, sejak pertempuran terjadi pada Ahad lalu. Mengutip Arab News, Selasa (29/9) Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan,10 warga sipil meninggal akibat penembakan dari Armenia sejak Ahad lalu. Namun, tidak ada informasi resmi tentang korban dari pihak tentara Azerbaijan.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan, sebuah bus sipil Armenia di Kota Vardenis, (perbatasan dengan Azerbaijan dan jauh dari Nagorno-Karabakh) terbakar setelah ditabrak pesawat tak berawak Azerbaijan. Meski tak ada laporan korban jiwa, kasus itu masih akan ditindaklanjuti lebih jauh.
Sebagai kawasan, Nagorno-Karabakh adalah daerah yang sempat memisahkan diri dari Azerbaijan. Saat ini, diketahui jika wilayah itu diduduki oleh etnis Armenia dan didukung oleh Armenia. Kawasan itu, memisahkan diri dari Azerbaijan dalam konflik 1990-an silam, meskipun tidak diakui oleh negara mana pun sebagai republik merdeka.
Jika perang tersebut terus dilakukan, kekuatan regional utama seperti Turki dan Rusia bisa saja terseret. Terlebih, ketika Moskow merupakan satu aliansi pertahanan dengan Armenia. Sementara Ankara, sangat mendukung kerabatnya etnis Turki di Azerbaijan.