Senin 28 Sep 2020 17:53 WIB

Yusuf Islam Klarifikasi Soal Fatwa Mati Salman Rushdie

Yusuf Islam klarifikasi soal keterkaitannya dengan fatwa mati Salman Rushdie.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Musisi Cat Steven alias Yusuf Islam klarifikasi soal keterkaitannya dengan fatwa mati Salman Rushdie.
Foto: AP
Musisi Cat Steven alias Yusuf Islam klarifikasi soal keterkaitannya dengan fatwa mati Salman Rushdie.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Penyanyi dan penulis lagu, Yusuf Cat Stevens mengatakan bahwa dia 'di-framing dengan cerdik' oleh 'jurnalis bergigi hiu' agar terlihat seperti pendukung fatwa Iran yang memaksa novelis Sir Salman Rushdie bersembunyi pada 1989.

Sir Salman, penulis pemenang Booker Prize Midnight’s Children, hidup dalam persembunyian selama hampir satu dekade setelah Ayatollah Khomeini dari Iran mengeluarkan fatwa hukuman mati pada penulis atas bukunya The Satanic Verses.

Baca Juga

Stevens, yang masuk Islam pada 1977 setelah mengalami pengalaman mendekati kematian dan mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Dia dituduh mendukung fatwa Iran tersebut meskipun dia dengan keras membantah kebenarannya pada saat itu.

"Saya jelas tidak siap atau tidak siap untuk berurusan dengan jurnalis bergigi hiu dan cara media menyebarkan cerita," kata Stevens saat berbicara di Radio 4 Desert Islands Discs BBC, dilansir dari Inews UK, Senin (28/9). 

"Saya di-framing dengan cerdik, menurut saya, oleh pertanyaan-pertanyaan tertentu, di mana saya tidak dapat, misalnya, menulis ulang sepuluh perintah. Kamu tidak dapat mengharapkan saya melakukan itu," ujarnya.

"Pada saat yang sama saya tidak pernah benar-benar mendukung fatwa tersebut. Saya bahkan menulis seluruh pernyataan pers yang sejak awal diabaikan pers, sama sekali diabaikan," ujarnya sembari menambahkan, “Mereka memilih cerita yang ditulis jurnalis yang menulis cerita, jadi saya harus hidup melalui itu."  

The Satanic Verses memicu perang budaya di Inggris antara mereka yang ada di komunitas Muslim yang menganggapnya menghujat, karena alur cerita novelnya seperti menulis ulang kehidupan Nabi Muhammad SAW. Mereka menyeru agar novel itu dilarang, sementara mereka yang mempertahankan novelnya menganggap sebagai ekspresi kebebasan berbicara.  

Sementara Rushdie diberi keamanan, ada beberapa upaya pembunuhan yang dilakukan pada penerjemah novelnya, termasuk Hitoshi Igarashi, penerjemah bahasa Jepangnya, yang ditikam sampai mati pada 11 Juli 1991. 

Meskipun ada pernyataan damai yang dibuat  Iran pada 1998, dan pernyataan Rushdie bahwa dia tidak akan lagi hidup dalam persembunyian, kantor berita negara Iran melaporkan pada 2006 bahwa fatwa tersebut akan tetap berlaku secara permanen, karena fatwa hanya dapat dibatalkan oleh orang yang pertama mengeluarkannya, dan Khomeini sejak itu meninggal.  

Penyanyi itu absen dari dunia musik sekitar 1979 untuk mengabdikan dirinya pada agama, kemudian kembali ke musik pada 2006 dengan album An Other Cup, menyebut dirinya sebagai Yusuf atau Cat Stevens.

Dia berbicara tentang kesulitan untuk mengikuti jalan spiritualnya dan menjadi seorang mualaf terkenal, yang tidak selalu diterima dengan baik oleh publik.

"Ada dunia Muslim yang benar-benar tergila-gila dengan saya karena sangat menyukai gagasan bintang pop ini menjadi seorang Muslim," kata Stevens. 

"Tapi di sisi lain ada orang yang bilang, dia agak pengkhianat, bukan? Dia menjadi orang Turki, dan itu harus saya tangani," ujarnya.

"Itu sangat sulit karena pada satu titik saya adalah ikon mayoritas dan sekarang saya adalah bagian dari minoritas yang dipandang rendah dan tentu saja, sebagian besar, disalahpahami," jelasnya.

Pada tahun 2000, penyanyi tersebut mengutip keyakinannya ketika dia bergabung dengan kampanye untuk melestarikan Pasal 28, larangan yang sejak itu dicabut pada apa yang disebut 'promosi' homoseksualitas di sekolah-sekolah Inggris. Dia tidak pernah meminta maaf atas perannya dalam kampanye tersebut.

 

Sumber:  https://inews.co.uk/culture/music/yusuf-cat-stevens-framed-salman-rushdie-fatwa-662459?ITO=newsnow

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement