REPUBLIKA.CO.ID,JOMBANG -- Pondok Pesantren Tebuireng, Jawa Timur, menerapkan aturan melarang sementara waktu bagi wali murid untuk menjenguk santri di pesantren demi mencegah penularan Covid-19.
"Kami memahami besarnya kerinduan wali santri terhadap anaknya, terutama santri baru yang mulai mondok 30 Agustus lalu. Tapi demi keselamatan bersama, protokol kesehatan harus dipatuhi semua pihak," kata Juru Bicara Gugus Tugas Pesantren Tangguh Tebuireng Nur Hidayat di Jombang, Ahad (27/9).
Pesantren saat ini menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat. Hal ini dilakukan mengingat hingga kini masih di masa pandemi Covid-19.
Pesantren Tebuireng Jombang juga telah menggelar evaluasi terhadap kedisiplinan warga pesantren dalam pemenuhan protokol kesehatan. Evaluasi tersebut dilakukan terhadap seluruh elemen yang terlibat dalam kegiatan operasional rutin pesantren.
Evaluasi tersebut digelar dengan tiga langkah utama. Selain pengetatan terhadap larangan sambangan (menjenguk santri) oleh wali santri, juga peningkatan disiplin santri dan warga pesantren dalam pemenuhan protokol kesehatan. Bahkan, terdapat sanksi membaca satu juz Kitab Suci Al-Quran bagi santri yang tidak memakai masker saat beraktivitas di luar kamar.
Langkah ketiga, lanjut Hidayat, adalah deteksi dini terhadap setiap santri yang memiliki keluhan sakit. "Ini dilakukan dengan melibatkan pembina kamar santri dan tim pusat kesehatan pesantren," ujar mantan Wakil Sekretaris PWNU Jatim ini.
Ia mengungkapkan, deteksi dini ini penting dilakukan, mengingat potensi penyebaran virus di lingkungan pesantren juga masih mungkin terjadi. "Perkembangan global dan nasional selama enam bulan terakhir membuktikan, siapapun bisa terkena virus ini. Jadi deteksi dini terhadap gejala khusus yang mengarah merupakan langkah penting dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19," ujar dia.
Ia juga mengatakan, dalam satu pekan terakhir, Pesantren Tebuireng Jombang juga telah melakukan karantina ulang beberapa santri yang memiliki gejala khusus serta memberikan treatment untuk pemulihan mereka. "Tapi, sejauh ini tidak satu pun santri yang terkonfirmasi positif," ujar dia.
Pesantren juga melakukan uji cepat antigen kepada seluruh warga pesantren untuk mendeteksi ada tidaknya warga pesantren yang terkena virus ini. Uji cepat antigen tersebut diyakini memiliki validitas sekitar 90 persen dalam mendeteksi keberadaan Covid-19.
Dalam uji cepat tersebut juga diikuti seluruh santri termasuk jajaran pengurus bahkan keluarga pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang. Dengan itu, diharapkan bisa sedini mungkin mencegah penyebaran virus ini.
"Dengan ikhtiar dan 'taqarrub' maksimal, semoga seluruh warga pesantren dijauhkan dari wabah ini," kata Nur Hidayat.