REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Organisasi PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengkhawatirkan krisis keuangan yang bisa terjadi dalam waktu dekat akibat pandemi Covid-19. Jika bantuan tak lagi diterima UNRWA, maka layanan bagi jutaan pengungsi Palestina akan berhenti.
Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan defisit keuangan yang dialami organisasinya. Hal ini diperburuk keruntuhan ekonomi Lebanon yang jadi tempat UNRWA bernaung. Kondisi ini memaksa sebagian pengungsi berlayar seadanya dengan harapan kehidupan baru di Eropa.
UNRWA diketahui didirikan untuk membantu 700 ribu warga Palestina yang terusir dari tanah kelahirannya sejak pendudukan Israel pada 1948. UNRWA saat ini memberi layanan pendidikan, kesehatan dan makanan bagi 5,8 juta pengungsi Palestina di wilayah Tepi Barat, Gaza, Yordania, Suriah dan Lebanon.
Krisis keuangan UNRWA terjadi usai kehilangan dana dari pendonor utamanya Amerika Serikat sejak 2018. Amerika menyumbang 360 juta dolar AS pada 2017. Lalu pada 2018, sumbangan Amerika turun tinggal 60 juta dolar AS. Pada 2019 sampai sekarang, Amerika tak lagi mendonorkan dana.
"Saya percaya menghentikan aktivitas kami di level seperti ini hanya menambah perasaan pengungsi Palestina merasa ditinggalkan komunitas internasional," ujar Lazzarini dilansir dari Arab News, Kamis (17/9).
Lazzarini menekankan dukungan terhadap UNRWA adalah cara terbaik menjaga kedamaian di kawasan konflik Palestina-Israel. Lazzarini mengajak dunia internasional memberi sumbangsih pada UNRWA.
"Kami tak bisa membiarkan situasi ini bertambah buruk di wilayah yang rentan kekerasan," ujar Lazzarini.