REPUBLIKA.CO.ID -- Hubungan penutup aurat (kerudung/niqab/hijab) dan sejenisnya memang begitu berarti bagi Muslimah. Ini telah dicontohkan oleh istri Rasulullah Muhammad SAW, Aisyah, yang sekaligus putri Abu Bakar Asidiq. Awalnya, ketika nabi dan kemudian ayahnya dimakamkan, setiap kali berziarah dia tak mengenakan pentup kepala. Karena, mereka dianggapnya sebagai muhrimnya.
Kemudian, ketika Umar bin Khatab juga dimakamkan satu area dengan nabi dan ayahnya, kali ini setiap kali berziarah Fatimah selalu mengenakan penutup kepala (kerudung). Mengapa? Karena, menganggap di pemakaman itu sudah ada seseorang yang bukan muhrimnya, yakni Umar bin Khatab. Maka, ia harus berpakaian tertutup.
Kisah ini memang terbilang belum banyak yang mengenal. Namun, ini ada dalam bagian buku ‘Sejarah Hidup Muhammad’ karya Muhammad Husain Haekal. Sekali lagi, ini membuktikan bahwa karya penulis legendaris Mesir ini masih yang terbaik di era moderen terkait penulisan biografi Rasulullah SAW. Kisah ini ada dalam bab tentang wafatnya Nabi Muhammad.
Begini kisah selengkapnya:
-------------------
Sudah sepantasnya pula apabila kaum Muslimin jadi khawatir. Sejak diumumkannya berita kematian Nabi di Madinah dan kemudian tersebar pula sampai kepada kabilah-kabilah Arab di sekitar kota, pihak Yahudi dan Nasrani segera memasang mata dan telinga, sifat-sifat munafik mulai timbul, iman orang- orang Arab yang masih lemah mulai pula guncang. Saat itu orang-orang Makkah juga sudah siap-siap akan berbalik dari Islam, bahkan sudah mau bertindak demikian, sehingga ‘Attab b. Asid wakil Nabi di Makkah merasa khawatir dan tidak menampakkan diri kepada mereka. Tepat sekali Suhail b. ‘Amr yang berada di tengah-tengah mereka itu ketika ia tampil dan berkata - setelah menerangkan kematian Nabi - bahwa Islam sekarang sudah bertambah kuat, dan siapa yang masih menyangsikan kami, kami penggal lehernya. Kemudian katanya lagi:
“Penduduk Makkah! Kamu adalah orang yang terakhir masuk Islam, maka janganlah jadi orang yang pertama murtad! Demi Allah. Tuhanlah yang akan menyelesaikan soal ini. Seperti kata Rasulullah SAW - Belum jugakah mereka sadar dari kemurtadan mereka itu?”
Ada dua cara orang-orang Arab ketika itu dalam menggali kuburan: pertama cara orang Makkah yang menggali kuburan dengan dasarnya yang rata; kedua cara orang Madinah yang menggali kuburan dengan dasarnya yang dilengkungkan. Abu ‘Ubaidah bin’l-Jarrah misalnya, ia menggali cara orang Makkah, sedang Abu Talha Zaid b. Sahl menggali kuburan cara orang Madinah. Keluarga Nabi juga memperbincangkan cara mana kuburan itu akan digali. ‘Abbas paman Nabi segera mengutus dua orang, masing-masing supaya memanggil Abu ‘Ubaida dan Abu Talha. Yang diutus kepada Abu ‘Ubaida kembali tidak bersama dengan yang dipanggil, sedang yang diutus kepada Talha datang bersama-sama. Maka, makam Rasulullah digali menurut cara Madinah.
Bilamana hari sudah senja, dan setelah kaum Muslimin selesai menjenguk tubuh yang suci itu serta mengadakan perpisahan yang terakhir, keluarga Nabi sudah siap pula akan menguburkannya. Mereka menunggu sampai tengah malam. Kemudian, sehelai syal berwarna merah yang biasa dipakai Nabi dihamparkannya di dalam kuburan itu. Lalu, ia diturunkan dan dikebumikan ke tempatnya yang terakhir oleh mereka yang telah memandikannya. Di atas itu lalu dipasang bata mentah kemudian kuburan itu ditimbun dengan tanah.
Dalam hal ini Aisyah berkata: “Kami mengetahui pemakaman Rasulullah SAW ialah setelah mendengar suara-suara sekop pada tengah malam itu.”
Fatimah juga berkata seperti itu.
Upacara pemakaman itu terjadi pada malam Rabu 14 Rabiul Awal, yakni dua hari setelah Rasul berpulang ke rahmatullah.
Sesudah itu, Aisyah tinggal menetap di rumahnya dalam ruangan yang berdampingan dengan ruangan makam Nabi. Ia merasa bahagia di samping tetangga yang sangat mulia itu.
Setelah Abu Bakar wafat ia dimakamkan di samping Nabi, demikian juga Umar menyusul dimakamkan di sebelahnya lagi. Ada disebutkan, bahwa Aisyah berziarah ke ruangan makam itu tidak mengenakan kudung, sebab sebelum Umar dimakamkan, di sana hanya ayah dan suaminya. Namun, setelah juga Umar dimakamkan, setiap ia masuk selalu berkudung dengan mengenakan pakaian lengkap.