REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini mengatakan, langkah antisipasi yang perlu dilakukan guna menurunkan angka perceraian adalah membentuk supporting system. Sistem pendukung ini, kata dia, dapat berasal dari internal maupun eksternal keluarga.
“Pada masa pandemi ini harus ada supporting system yang bisa muncul dari internal maupun eksternal, internal itu bisa dari keluarga besar. Misalnya melakukan hal hal positif bersama atau bersilahtirahmi meski tidak secara langsung, dan mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak,” kata Diyah kepada Republika, Rabu (26/8).
“Saya kira semua pihak, masyarakat, lembaga, dan pemerintah perlu mengingatkan dan menyosialisasikan tentang pentingnya keeratan hubungan keluarga, baik antara suami dan istri maupun orang tua dan anak,” sambungnya.
Menurutnya, peningkatan angka perceraian sejalan dengan tingginya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi beberapa waktu terakhir. Maraknya kasus KDRT yang melibatkan suami dan istri maupun orang tua dan anak, kata Diyah, menjadi salah satu pemicu meroketnya angka perceraian.
“Perceraian yang meningkat ini ada kaitannya dengan kasus KDRT yang juga meningkat, KDRT bisa terjadi antara suami dan istri maupun orang tua dan anak, jadi daya kita persoalan selama pandemi ini kompleks ya,” ujarnya.
Diyah meminta seluruh pihak untuk bekerjasama mengembalikan fungsi keluarga sebagai pendongkrak semangat dan perekat hubungan antar pribadi, khususnya selama masa pandemi seperti saat ini. “Jadi kehangatan dan keeratan hubungan keluarga seharusnya menjadi kekuatan yang menyembuhkan kondisi sakit ini,” kata Diyah.
“Jadi peran tokoh masyarakat dan pemerintah tentu penting untuk mengembalikan fungsi keluarga, khususnya sebagai penyembuh di tengah pandemi seperti saat ini,” pungkasnya.