Kamis 30 Jul 2020 22:48 WIB

Ucapan Hamdalah Dalam Setiap Keadaan

Betapapun kesulitan yang kita hadapi, hendaknya kita tetap bertahmid.

Bersyukur (foto ilustrasi). Hamdalah (syukur) perlu kita ucapkan dalam keadaan apapun.
Foto: republika
Bersyukur (foto ilustrasi). Hamdalah (syukur) perlu kita ucapkan dalam keadaan apapun.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh KH Ahmad Jamil  MA

Setidaknya, terdapat 23 kali kalimat Alhamdulillah disebut di dalam Alquran. Empat kali disebut sebagai pembuka surat, yaitu pembuka Q.S. Al-An'am, Q.S. Al-Kahfi, Q.S. Saba' dan Q.S. Fathir. Satu kali disebut sebagai penutup surat, yaitu di surat Ash-Shaffat. Redaksi hamdalah pada akhir surat Ash-Shoffat ini, dihadirkan dalam rangkaian ayat yang kerap kita pakai sebagai pungkasan dari lantunan doa yang kita panjatkan. Yakni dari ayat 80 hingga akhir surat, ayat 82. 

Selebihnya, hamdalah dapat dijumpai pada beberapa lokasi di dalam Alquran  seperti: Q.S. Al-Fatihah ayat 2, Q.S. Al-An'am ayat 45, Q.S. Al-A'raf ayat 43, Q.S. Yunus ayat 10, Q.S. Ibrahim ayat 39, Q.S. An-Nahl ayat 75, Q.S. Al-Isra ayat 111, Q.S. Al-Mu'minun ayat 28, Q.S. An-Naml ayat 15, 59 dan 93, dan Q.S. Al-Ankabut ayat 63.

Kemudian, Q.S. Luqman ayat 25, Q.S. Fathir ayat 34, Q.S. Az-Zumar ayat 29, 74 dan 75, dan sebagai yang paling akhir, hamdalah dapat dijumpai pada ayat ke 65 Q.S. Ghafir.

Hamdalah atau Alhamdulillah adalah sebuah ungkapan yang lumrah kita ucapkan sebagai ekspresi rasa syukur kita kepada Allah SWT, atas segala karunia yang dianugerahkan kepada kita. Ucapan ini juga sebagai bentuk rekognisi dan konfesi, bahwa segala pujian hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. 

Bagi sebagian masyarakat, hamdalah dibunyikan semata-mata hanya saat mendapat anugerah, yang mewujud pada bentuknya yang disenangi atau yang diinginkan. Sebaliknya, tatkala mendapati keadaan yang dianggapnya tidak mengenakkan dan tidak menguntungkan, seseorang akan dengan mudah lupa dan bahkan enggan berucap hamdalah. Padahal, betapa pun sesuatu yang dipandang sebagai kesulitan atau kesusahan membelit seseorang, sejatinya ia tetap perlu bertahmid (berucap hamdalah). Ya, tetap harus bertahmid. 

Bukankah bagi seorang yang beriman, setiap keadaan, baik “menyenangkan” atau “menyusahkan” sejatinya terbuka peluang lebar untuk mendapatkan pahala dari Allah?  Yakni dengan bersikap penuh syukur atas segala anugerah nikmat, serta bersikap penuh sabar atas setiap hal yang dipandang “memberatkan” dan “menyusahkan”.

Itu sebabnya, selaku mukmin kita selalu meneguhkan komitmen seraya berucap al-hamdulillah 'ala kulli haalin wa ni'matin, segala pujian hanya milik Allah, atas segala keadaan dan segala nikmat,

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement